SimadaNews.com-Mantan Ketua Umum PP Muhamadiyah, Ahmad Syafii Maarif, menilai akhir-akhir ini sudah sulit mencari politikus yang memiliki sikap negarawan. Sebab, dari cara berpolitik sudah tidak waras, karena menggunakan berbagai cara yang berujung menjadi kegaduhan politik.
Ironisnya, lanjut Inisiator Gerakan Kebajikan Pancasila (GKP) ini, gaya politik tidak waras dilawan dengan cara yang tidak tepat. Bahkan, cara menanggapi tidak dilakukan dengan baik.
“Kalau dari tidak waras dilawan dengan cara yang serupa. Akhirnya sama juga. Harusnya, politik tidak waras dilawan dengan politik yang beradab,” kata pria yang akrab dipanggil Buya Syafii, saat menjadi pembicara pada Dialog berthema “Bangkitnya Kedaulatan dan Martabat Rakyat dalam Demokrasi Pancasila’ di Gedung Joang 45, Menteng Jakarta, Senin (7/5).
Buya Syafii, juga angkat bicara soal perang tagar yang terjadi beberapa bulan terakhir di medis sosial dan dunia nyata.
“Kemarin saya lihat ada segelintir perang kaos bertulis #2019GantiPresiden. Kemudian juga ada membalas dengan tagar lain. Maunya gerakan bikin tagar ganti presiden jangan ditanggapi. Tidak perlu tersulut emosi, dan dibalas dengan cara yang lebih baik dengan cara beradab,” sebutnya.
Buya menambahkan, Indonesia masih dapat diselamatkan jika orang waras tidak berdiam diri saja.
“Ketidakwarasan merupakan musuh negara yang beradab. Kalau di medsos banyak ujaran-ujaran kebencian jangan di balas setimpal. Kita harus lebih beradab,” jelasnya.
Buya mengungkapkan, demokrasi Indonesia akan menjadi lebih baik dan sehat apabila partai politik mendidik para kadernya untuk menjadi negarawan.
Dan sebenarnya aktor dalam demokrasi itu adalah partai politik. Kalau partai politik itu bagus di dalamnya banyak negarawan saya rasa demokrasi akan sehat. Sebaliknya, apabila partai politik tidak mendidik kadernya untuk menjadi negarawan, maka demokrasi akan tertatih-tatih dalam mencapai tujuan.
“Saya berharap partai politik dapat memberikan pendidikan kader yang baik. Parpol harus menekankan, supaya kadernya berpikir jernih dan menjadi contoh pendidikan politik,” katanya. (mas/snc)