ADA arus deras yang berusaha sekuat tenaga dikemas untuk menghempang agar Joko Widodo (Jokowi) tidak terpilih kembali pada Pemilihan Presiden (Pilpres) yang digelar 17 April 2019.
Arus deras itu, bergerak-gerak dengan gaya barbarian dan radikal. Menendang sana – menendang sini, mencibir sana-mencibir sini, dan menancapkan sahwat politik ingin berkuasa dengan menghalalkan berbagai cara.
Arus deras yang berisikan para politisi busuk dan penjahat politik yang barbarian dan radikal itu, perlu dicermati.
Mereka itu, dengan segala daya upaya berusaha membentuk kotak-kotak di kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri ini. Kemudian, memaksa masuk anak negeri—dalam keadaan sadar mau pun terhipnotis—ke dalam kotak-kotak tersebut.
Selanjutnya, kotak-kotak itu, mereka isi dengan sampah-sampah politik, dengan melahirkan rasa benci terhadap apa yang sudah dikerjakan pemerintahan Jokowi untuk menjadikan Indonesia maju, menuju damai dan sejahtera.
Di dalam kotak barbarian dan radikal itu, mereka bangun ruang eksekusi terhadap apa yang dikerjakan pemerintahan Jokowi, sehingga menjadi tidak memberi manfaat apa pun untuk perubahan negeri ini.
Mereka balut bungkus prestasi yang dipersembahkan Jokowi bagi negeri ini, dengan rangkaian kata dan sajian data yang menyesatkan. Seakan-akan negeri ini, tidak mendapatkan perkembangan atau pertumbuhan pembangunan apa pun yang menggembirakan. Tempe pun dikonotasikan denga tipisnya kartu ATM.
Mereka tidak peduli, bagaimana pemerintahan Jokowi membangun Papua. Bagaimana pemerintahan Jokowi bekerja untuk mengambil-alih 51% saham freeport. Bagaimana pembangunan infrastruktur melonjak tajam. Bagaimana upaya pemerintahan Jokowi mendaulatkan desa.
Dengan mengucurkan dana desa yang cukup besar dan dikelola langsung pemerintahan desa, pemerintahan Jokowi berupaya untuk meningkatkan percepatan pembangunan dan peningkatan pendapatan masyarakat desa.
Dalam waktu empat tahun ini, telah dimulai perjalanan di jalan perubahan untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berdasarkan nilai-nilai semangat gotong royong.
Selama empat tahun tersebut Nawacita sebagai wujud jalan perubahan telah mulai memperkokoh wibawa negara, membangun sendi-sendi perekonomian, serta menjawab tantangan intoleransi dan krisis kepribadian Indonesia.
Selain itu, dalam perjalanan bangsa Indonesia di jalan perubahan, berbagai lompatan kemajuan telah dicapai secara ber-gotong royong.
Bagi para barbarian dan kaum radikalis, segala pencapaian tersebut, tidaklah menjadi sesuatu yang penting. Anehnya, mereka malah menjelma menjadi mahluk hidup tanpa hati nurani.
Nilai-nilai keberadaban, nilai-nilai kesopan-santunan, dan nilai-nilai kebersamaan, yang ada dalam diri mereka, di-delete tanpa pertimbangan apa pun. Kemudian dengan bangganya, mereka copy-paste kebarbarian dan keradikalan ke dalam pikiran mereka.
Mencermati hal tersebut, dalam mempersiapkan strategi “tempur” di Pilpres 2019, pasangan calon Presiden/Wakil Presiden Jokowi – Maruf Amin telah mempersiapkan visi-misi dengan judul “Meneruskan Jalan Perubahan untuk Indonesia Maju: Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong.”
Jokowi – Maruf Amin akan melaju dengan 9 misi, yakni(1) Peningkatan kualitas manusia Indonesia,(2) Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing,(3) Pembangunan yang merata dan berkeadilan,(4) Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan,(5) Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa,(6) Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan tepercaya,(7) Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga,(8) Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan tepercaya, dan (9) Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan.
Mari mencermati para barbarian dan radikalisasi dengan cara berkesinambungan dan terukur dalam menyampaikan ujaran kebaikan, agar mereka tidak menjadi buta nalar, buta alur pikir, buta rasa, buta adab, dan buta naluri.
Yang tidak kalah penting, karena para politisi busuk dan penjahat politik yang barbarian dan radikalis itu, adalah orang yang “SALAH ASUHAN”, kita patut menjaga mereka agar “tidak lupa jalan” menuju NKRI yang maju dan melaju dalam damai dan sejahtera. (*)
penulis penggerak @Rumah Gotong Royong (RGR) Sumut dan inisiator @Pena Jokowi Centre Connection