SimadaNews.com-Presiden Joko Widodo menyampaikan ucapan syukur karena empat tahun terakhir, Indonesia sudah bisa mensuplai kebutuhan jagung bahkan bisa mengekspor.
Untuk itu, Presiden menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada para petani jagung karena Indonesia kini tidak tergantung lagi kepada jagung jagung impor dari luar negeri.
“Dulu impor kita 3,5 juta ton dari dalam negeri yaitu produksi jagung. Sekarang sudah tidak, disuplai hampir semuanya dari dalam negeri,” kata Jokowi saat memberikan sambutan pada panen raya jagung, di Desa Botuwombatu, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, Jumat (1/3) siang.
Presiden menuturkan, pemerintah ingin produksi jagung semakin banyak. Tapi juga ingin membuat harga jangan sampai drop turun. Oleh sebab itu, ia setuju kalau ada kelebihan produksi jangan semuanya masuk ke pasar di dalam negeri, tapi juga ada sebagian yang harus diekspor.
“Untuk apa? Agar harga ini stabil pada posisi yang baik dan menguntungkan. Kalau produksinya semakin banyak dan kita tidak bisa menjualnya ke luar, harganya akan jatuh, rata-rata seperti itu,” kata Presiden.
Presiden menegaskan, pemerintah menjaga kestabilan harga, termasuk jagung. Ia ingat 2014 akhir, saat dirinya ke Dompu, banyak petani marah-marah karena harga jagung saat itu Rp1.400-Rp1.600 per Kg. Akhirnya pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres), sehingga harga terdongkrak di atas Rp2.700 per Kg.
“Tapi juga sekali lagi kalau suplainya selalu banyak dan kita tidak bisa membuang sebagian produksi itu keluar harga bisa jatuh lagi,” ucap Presiden mengingatkan.
Menurut Presiden, sulitnya mengendalikan harga jagung karena yang berproduksi itu tidak hanya di Gorontalo, ada di Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Timur, ada di Jawa Tengah, ada di Jawa Barat, ada di Sumatera, semuanya nanam jagung.
Yang paling penting, menurut Presiden, per hektarnya ini yang produksinya harus tambah. Kalau sekarang per hektar 8–9 ton, ya bisa dinaikkan lagi menjadi 10 ton.
Presiden mengakui, disamping telah mengekspor 380 ribu ton jagung sepanjang 2018 lalu, Indonesia juga mengimpor 180 ribu ton jagung pada tahun yang sama. Hal ini, menurut Presiden, dilakukan untuk menjaga keseimbangan agar supply dan demand itu tidak melimpah.
“Kalau nanti suplainya melimpah, harganya jatuh, semua petani tidak akan mau menanam jagung lagi, yang selalu kita jaga itu. Sehingga, tahun kemarin ada ekspor juga 380.000 ton, impornya 180.000. Itu menjaga supply dan demand, bukan apa-apa,” kata Presiden Jokowi menjawab wartawan usai melaksanakan panen raya.
Presiden menyebut, permintaan ekspor jagung dari luar negeri masih banyak. Hanya yang paling penting harga kita kompetitif begitu lho.
“Harga ekspor itu mesti harus kompetitif, kualitas mesti harus baik. Itu yang harus dipegang itu saja,” ujar Presiden seraya menambahkan, bahwa pasar terutama untuk pakan ternak hampir semua negara itu membutuhkan jagung sekarang ini. (rel/snc)