SimadaNews.com-Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, berhasil juara pertama Debat Politik 2018 dengan tema “Politik Identitas Dalam Kebhinekaan” yang berlangsung, (29-31/1) di Kampus Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta.
Di final, tim kampus UGM atas nama Jovi Andrea Bachtiar, Faiz Abdullah Wafi dan Fahrel Yusri Rahmat berhasil mengalahkan tim kampus Universitas Air Langga Surabaya.
Pembicara Tim UGM, Jovi Andrea Bachtiar yanga berasal dari Kabupaten Simalungun itu, berhasil dan bangga bisa membawa almamaternya memenangkan kompetisi.
“Saya berharap argumen-argumen dalam Debat Politik Identitas ini bisa menyumbangkan pemikiran-pemikiran kepada mahasiswa, kampus serta masyarakat,” ujar Jovi.
Liber Simbolon, salah seorang Dewan Juri Debat Politik 2018 mengatakan menikmati perdebatan sepanjang final.
“Sungguh ini membangun khasanah. Debat atau diskusi bukanlah perseteruan bahkan pertengkaran namun menunjukkan edukasi,” ujar Liber Simbolon.
Meski demikian, Liber memberikan catatan terhadap peserta khususnya peserta Debat Politik tidak konsisten dalam penyebutan UUD Tahun 1945.
“Komunikasi antar debat terdiri atas tiga komponen, yaitu: apa yang kita bisa melihat 40 persen apa yang kita bisa dengar (logat, intonasi dan lain-lain) 40 persen dan akhirnya apa yang secara harfiah dikatakan, hanya 20 persen dan menjadi penilaian dewan juri,” ujar Liber Simbolon.
Setelah melewati tiga babak, yaitu argumen pembuka, bidasan (saling berdebat), dan pernyataan kesimpulan menunjukkan kontinuitas ke-Indonesiaan.
Politik identitas, kata Liber Simbolon bagaimana mengembangkan dunia politik dalam kebhinekaan. Misalnya, mengapa 100 persen Indonesia 100 persen Bhineka Tunggal Ika.
Liber Simbolon mengatakan, untuk menjadi Indonesia harus 100 persen Jawa, Batak, Sunda, Dayak, Ambon dan lainnya, harus menghayati 100 persen budayanya.
”Kita akan 100 persen Indonesia, sebab Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, agama dan bahasa. Tidak ada yang bisa menghayati yang besar bila terlebih dahulu tidak mencintai dirinya sendiri dan asal usulnya,” ucap Liber.
“100 persen Indonesia 100 persen Bhineka Tunggal Ika. Kita hidup sebagai orang Batak di Indonesia dan bukan sebaliknya,” ujarnya lagi.
Adapun peserta debat politik, adalah mahasiswa berasal dari berbagai kampus se-Indoensia. Namun yang ikut mendaftar ada 28 tim yang jumla anggota tim masih-masing 3 mahasiswa.(ril/snc)