SimadaNews.com-Perayaaan Dies Natalis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) ke-68 Tahun digelar di Catholic Center, Medan, Jumat (9/2), dirangkai dengan kegiatan dialog publik pendidikan politik
Adapun pembicara yang hadir, Menteri Hukum dan HAM Yasonna H Laoly, Menteri Pemuda dan Olahraga, H. Imam Nahrawi dan Sekretaris Komisi Kejaksaan Barita Simanjuntak.
Dalam sambutannya saat Dies Natalis, Ketua Umum PP GMKI Sahat Martin Philip Sinurat, menyampaikan, bahwa 68 tahun GMKI selalu tegas dan konsisten memperjuangkan kemerdekaan, keadilan, dan kebenaran, juga menjaga keutuhan bangsa dan Gereja.
GMKI selama puluhan tahun, menjadi sekolah latihan bagi mahasiswa Kristen untuk belajar mencintai Tuhan, serta belajar mengabdi bagi bangsa dan gereja. GMKI menjalani panggilan ini dengan setia karena generasi muda yang ahli dan bertanggungjawab dibutuhkan untuk membangun bangsa dan gereja.
”Dalam Dies Natalis ini, kembali kami tegaskan bahwa GMKI akan selalu konsisten membina dan mempersiapkan pemimpin-pemimpin muda yang siap diutus untuk mengabdi bagi Gereja, bangsa, dan negara,” tegas Sahat.
Dia memaparkan, di umur yang ke-68, GMKI tidak lagi menjadi organisasi yang masih mencari jati diri. Sebaliknya, GMKI sudah menemukan jati diri dan tujuan kehadirannya, yakni mengabdi bagi bangsa dan gereja.
Tujuan kehadiran itu, tercermin dan terwujud melalui jati diri semua anggota GMKI. Anggota GMKI harus mengakar dengan kuat di gereja dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap anggota GMKI harus selalu menjadi pelopor perdamaian dan persekutuan di tengah gereja, bangsa, dan negara.
Sahat mengungkapkan, setiap anggota GMKI harus juga menjadi yang terdepan dalam menyampaikan suara kenabian, menyatakan kebenaran, melawan ketidakadilan, kejahatan, penindasan, dan hal-hal lain yang ingin mengganggu keharmonisan gereja dan masyarakat.
Menyikapi penyelenggaraan Pilkada 2018 dan dan Pemilu 2019, Sahat menuturkan, dalam hidup ada sejumlah pilihan yang ditawarkan kepada manusia, sebagai proses ekstranalisasi yang terkandung nilai-nilai dalam setiap pilihan. Termasuk pilihan politik. Pilihan politik adalah pilihan yang diambil berdasarkan sebuah kesadaran berdasar pertimbangan etis.
Dalam sejumlah kajian etika politik, partisipasi politik menjadi topik menarik dan penting untuk dibahas oleh pemuda Indonesia. Hal ini disebabkan karena asumsi politik sebagai wilayah kotor dan tabu masih lestari dalam pikir pemuda.
”Ini didukung dengan kondisi politik gaduh yang mewarnai kehidupan bangsa Indonesia. Namun kondisi ini tidak bisa dibiarkan lama dan jadi kebiasaan dalam kancah politik Indonesia karena akan menghadirkan generasi pembuat gaduh,” sebutnya.
Menurut Sahat, partisipasi politik pemuda Indonesia sangat diharapkan dan dibutuhkan. Namun partisipasi politik pemudi dan pemuda Indonesia mesti memiliki karakter atau ciri khas Pancasila mengedepankan dan mengutamakan prinsip kejujuran, kebersamaan, dan integritas dalam prakteknya.
”Pemuda jangan terjebak dalam ruang pragmatis, oportunitif maupun politik sektarian dan identitas, serta politik uang yang menggiring pada nikmat sesaat. Pemuda mesti menjadi suluh yang berapi dengan berani, yakni menjadi aktor yang cerdas, kritis, solutif, dan toleran dalam segala panggung kehidupan termasuk politik,” pungkas Sahat.
Dia menambahkan, GMKI adalah organisasi yang bersifat gerejawi dan tidak merupakan bagian dari organisasi politik. Karena itu, GMKI tidak dan tidak boleh terlibat ataupun terikat dengan kepentingan kelompok/ golongan tertentu.
Maka dengan tegas kami sampaikan, setiap Pengurus GMKI mulai dari komisariat, cabang, maupun pusat tidak dan tidak boleh terlibat dalam kepentingan politik praktis sesaat.
”GMKI harus tetap menunjukkan sikap kenabian dan sikap politiknya. Sikap kenabian dan sikap politik ini yang kami sebut sebagai “high politics”, yakni memastikan politik harus menjawab kebutuhan masyarakat, membela hak yang termarjinalkan, mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia,” tegas Sahat mengakhiri. (ril/mas/snc)