SimadaNews.com-“Ibu, berdiri. Keluar. Jalan. Ibu, berdiri. Jalan. Keluar. Saya tak senang kalau saya sedang ngomong, ada orang ikut ngomong”.
Itulah pernyataan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, ketika dirinya menyambut para pengunjukrasa yang mengatasnamakan Himpunan Nelayan Kecil Modern Sumatera Utara, Kamis (13/9).
Dalam rekaman vidio yang diterima SimadNews.com dari group WhatsApp yang disebar sejumlah netizen. terlihat Edy merasa tersinggung, sebab ketika dirinya memberikan penjelasan dan tanggapan atas permintaan para nelayan, ada seorang ibu peserta aksi mengintrupsi ucapan yang disampaikan Gubernur Sumut itu.
Perempuan berkerudung yang tidak diketahui identitasnya itu sempat menolak perintah Edy. Namun beberapa saat kemudian beberapa petugas mengajak perempuan itu keluar dari barisan pengunnjukrasa. Sementara massa yang lain tetap mendengarkan penjelasan Edy.
Dalam penjelasannya, Edy menyampaikan niat akan membawa Sumut bermartabat, namun diberikan kesempatan.
“Saya tidak mau rakyat dibodohi. Saya tidak mau rakyat miskin. Nanti saya atur. Saya baru lima hari jadi gubernur udah didemo. Apa urusan kalian. Orang aku tidak tahu apa itu nelayan,” sebut Edy.
Edy kemudian menyampaikan supaya dia didengarkan saat ngomong, dan menyuruh para warga baiknya salat dzuhur daripada melakukan unjuk rasa yang membuat kemacetan arus lalu-lintas.
“Setuju kalian saya jadi gubernur. Kalau setuju dengarkan saya, kalau kalian tidak setuju biar mundur saya,” sambung Edy Rahmayadi.
Kemudian Edy Rahmayadi pun kembali menyampaikan bahwa Sumatera Utara tidak akan pernah bagus jika para warga terus berdemo dan saling menyalahkan. Dia pun meminta meminta massa membubarkan diri dan berjanji mempelajari Permen 71 Tahun 2018.
Setelah Edy turun dari mobil komando, para pengunjurasa menjabat tangan Edy. Mereka juga mengajak Edy dan Wakil Gubernur Musa Rajeksyah berfoto bersama.
Sebelumnya, para pengunjukrasa menyampaikan orasi supaya Permen 71 Tahun 2016 dicabut di depan Kantor Gubernur Sumut Jalan Diponegoro, Medan.
Koordinator Aksi, Adi, menyatakan, semenjak permen itu diterapkan banyak nelayan yang menganggur dan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup.
”Kami sudah 15 hari tidak melaut. Itu dikarenakan adanya sejumlah penangkapan terhadap nelayan,” kata Adi.
Salah seorang pengunjukrasa, juga menyampaikan beberapa hari lalu rekan mereka sesama nelayan ditembaki di tengah laut saat mencari nafkah. Itu dikarenakan Peraturan Menteri yang tidak berprikemanusian dan diskrimnasi terhadap nelayan.
”Tanah, bumi dan laut bukan untuk penguasa.Kami para nelayan turun ke jalan. Karena saat ini, ada nelayan yang ditembak dan dibakar. Tolong kami nelayan kecil ini. Sekarang saja ada rekan kami masih ditahan atas tuduhan pencurian,” minta pengunjurasa. (ali/manto/snc)