PONDOK Bulu pada masa Tahun 1942, bernama Batu Onom Puluh (Enam Puluh). Disebut Batu Onom Puluh, karena jarak Kota Medan ke Batu Onom Puluh sejauh 160 Kilometer.
Jadi angka 60 tersebut dahulu dijadikan nama Desa Batu Onom Puluh yang sekarang kita kenal dengan Pondok Bulu.
Menurut penuturan, Saman Saragih (80) yang akrab dipanggil Oppung Romianto), sewaktu Negara Indonesia dijajah bangsa Jepang, suasana di Batu Onom Puluh masih sangat sepi.
Masih hanya ada tiga rumah. Sepanjang dua kilometer arah Parapat ada satu unit rumah marga Harianja yang disebut Marihat Girsang. Lalu Jepang datang dan membangun sebuah pabrik semen sekira 500 meter dari Marihat Girsang.
Tepat di pinggir jalan besar, Jepang membangun pabrik semen yang seluruh bangunan mulai dari tiang, dinding dan atapnya terbuat dari bambu. Tak hanya pabrik, Jepang juga membangun pondok pondok untuk tempat para pekerja yang juga terbuat dari bambu.
Saat itu, masyarakat menyebut daerah pabrik itu sebagai Pondok Buluh (Bambu,red). Dan nama Batu Onom Puluh berganti menjadi Pondok Buluh.
Daerah itu pun semakin berkembang, setelah Tuan Tanah mulai melepas lahannya dan dibagikan secara adat yang berlaku pada masa itu kepada para pendatang yang hendak turut bermukim di Pondok Buluh.
Kini, Pondok Buluh berkembang menjadi desa (nagori) cukup pesat. Desa ini juga kaya dengan berbagai jenis tanaman bambu yang tumbuh secara alami di sekitaran wilayah Pondok Buluh. Banyak warganya yang menggantungkan hidupnya dari hasil penjualan bambu.
Selama ini bambu yang dihasilkan hanya berupa kandang dan bambu bulat. Tetapi kini mulai dikembangkan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Nauli Pondok Buluh menjadi salah satu desa wisata.
Para anggota Pokwardis membangun satu kawasan hutan bambu yang dikelola secara profesional. Mereka mengembangkan taman bambu, konservasi bambu, pembibitan bambu dan pendirian rumah kreatif tempat bagi para pengrajin bambu berkreasi.
Dari hasil penelusuran Pokdarwis pada awal Pebruari lalu, saat ini ada 12 jenis bambu yang tumbuh secara alami di Pondok Buluh yakni Buluh Kuning, Buluh China, Buluh Bolon, Buluh Butar, Buluh Lomang, Buluh Tali, Buluh Peol, Buluh Lando, Buluh Suraton, Buluh Dasar, Buluh Julur dan Buluh Sulim.
Harapannya, Desa Pondok Buluh akan menjadi sentra industri kerajinan bambu yang mampu mensuplai kebutuhan pasar lokal maupun internasional. Tak ada kata terlambat, selagi masih ada waktu Pokdarwis Nauli Pondok Buluh akan bekerja keras mewujudkannya bersama orang orang yang peduli. (*)