Simada News
Jumat, 6 Juni 2025
No Result
View All Result
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Komunitas
  • Sudut Pandang
  • Simadagros
  • Asahan
  • Simada TV
Simada News
No Result
View All Result
Simada News
No Result
View All Result
  • SMSI
  • google news
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Kesehatan
  • Komunitas
  • Labuhan Batu Raya
  • Pesona
  • Sudut Pandang
  • Tokoh
  • SimadaTV
Home KESEHATAN
Peserta FGD Tragedi Berdarah 1946 foto bersama usai diskusi di Rumah Hordja Kota Siantar, Minggu (3/3) malam.

Peserta FGD Tragedi Berdarah 1946 foto bersama usai diskusi di Rumah Hordja Kota Siantar, Minggu (3/3) malam.

Tragedi Berdarah 1946 Simalungun! Negara Diminta Mengakui Kesalahan dan Meminta Maaf kepada Suku Simalungun

Simadanews.com by Simadanews.com
4 Maret 2019 | 17:13 WIB
in KESEHATAN
Share on FacebookShare on Twitter

SimadaNews.com-Tragedi berdarah 3 Maret 1946,yang terjadi di Simalungun, dinilai tidak memenuhi syarat sebagai peristiwa “Revolusi Sosial”. Namun yang terjadi sebenarnya, adalah suatu peristiwa pembantaian terhadap raja-raja (kaum bangsawan) Simalungun.

Paling tidak, itu salah satu kesimpulan yang diperoleh dari Hasil Forum Grup Discusion (FGD) yang digelar di Rumah Hordja yang diinisiasi Sanggar Budaya Rayantara, Minggu (3/3) malam.

Dipandu Hermanto Sipayung, sebagai moderator, diskusi mengenang Revolusi Sosial, berlangsung alot, hangat dan membuat suasana seperti kembali pada zaman yang mencekam ketika sejumlah bangsawan keturunan raja-raja Simalungun, dihabisi para pemberontak.

Pdt Juadaha Raya Purba Dasuha, yang diberikan kesempatan memulai penuturan sejarah, menceritakan, berdasarkan fakta revolusi sebenarnya adalah gerakan dari rakyat yang ingin mengganti tatanan sosial yang dinilai korup, otoriter, sentralistik, lamban, semena-mena.

Tetapi, pada faktanya pembunuhan bangsawan Swapraja Simalungun adalah mandat yang direncanakan 1 Maret 1946 di Simalungun Club dan dilaksanakan pada dinihari 2 Maret 1946. Perintah gerakan diterima sore hari 2 Maret 1946 dari Medan kepada Saragih Ras di Siantar.

Menurut Juanda, sangat keliru apabila alasan pembunuhan bangsawan Simalungun karena tidak mendukung Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Sebab pada masa-masa memperjuangkan Kemerdekaan, para bangsawan Simalungun sudah banyak teribat memperjuangkan kemerdekaan.

Hal senada disampaikan Keturunan Raja Panei, Tuan Kamen Purba Dasuha. Dia mengaku, pada zaman itu masih kecil dan selamat dari gerakan pembantaian itu karena sedang berada perladangan bersama sejumlah keluarga lain. Tetapi, nyawa beberapa abangnya dihabisi para pemberontok.

“Padahal, abang-abang saya sudah ada yang mengabdi pada Negara ini. Ada yang masuk tentara, tapi tetap dihabisi juga,” kenang Tuan Kamen.

Dia juga mengaku, pada masa-masa itu dia juga mengalami pengungsian supaya terhindar dari pemberontakan. Selain mengungsi, bersama dengan keluarga yang masih selamat, menjadi tawanan.

“Kami sering mengungsi hingga menjadi tawanan. Yang saya ingat sekali, mengungsi di daerah Pematang Simalungun eks Kerajaan Siantar,” aku Tuan Kamen.

Tuan Kamen menegaskan, sebenarnya Raja-raja Simalungun sudah menyatakan berdiri di belakang Soekarno sebagi pendukung Republik Indonesia.

“Abangku saja Tuan Margabulan Purba Dasuha yang dibunuh sudah aktif di pemerintahan RI sebagai pegawai dan anggota pasukan Marsuse RI” sebutnya.

Dia menambahkan, motif tragedi berdarah 1946 lebih dominan karena dua faktor yakni politik dan kecemburuan. Politik dimaksud, karena adanya penyusunan strategi yang terencana dan diberikan perintah memanfaatkan kebencian para pemberontak.

Kemudian, adanya pelampiasan balas dendam dan ingin penguasaan tanah serta perampokan harta benda raja-raja untuk memperkaya diri/kelompok mengatasnamakan perjuangan kemerdekaan.

“Karena posisi raja saat itu adalah kepala adat dan kepala pemerintahan dalam lingkungan pemerintahan swapraja (Zelfbestuurende Landschappen). Pasca tragedi, banyak aset harta milik raja dan kerajaan yang dialihkan/beralih kepada pihak yang bukan ahli waris raja. Bahkan ada waris raja/bangsawan yang kehilangan sama sekali tanah pusaka leluhur,” sebutnya.

Juandaha dan Kamen begitu juga Sarmedi Purba, sepakat bahwa Saragih Ras dan beberapa pelaku sebenarnya, turut menjadi korban yang tanpa mereka sadari.

Terbukti bahwa ketika kerabat Raja Panei membesuk ke penjara saat Saragih Ras ditahan, Saragih Ras menyatakan penyesalannya. Mereka dijadikan ‘pion’ untuk menghabisi para bangsawan yang merupakan kerabat mereka sendiri.

“Nasionalisme dan kecintaan Sarqagihras kepada perjuangan Indonsia, telah dimanfaatkan petualang politik untuk menghabisi kepala adat/kepala pemerintahan tradisional suku Simalungun,” sebut mereka.

Sarmedi menyarankan, kiranya ada rekonsialisasi seluruh pihak terkait Tragedi 1946, supaya ada pengakuan kesalahan Negara atas terjadinya tragedi itu.

Pernyataan sama juga disampaikan Herman Sipayung, Agus Erdimana Purba dan peserta diskusi lainnya.

“Membahas tragedi 1946, bukan untuk menciptakan keingian balas dendam. Tapi kita menginginkan, supaya Negara ini mengaku kesalahan yang terjadi di tahun itu. Sebab, itu terjadi setelah Indonesia Merdeka yang sudah  memiliki pemerintahan,” kata mereka.

Selain Negara diminta mengaku kesahalan dan meminta maaf kepada Suku Simalungun, peserta diskusi juga menyarankan supaya ada tindak lajut FGD menjadi Seminar Nasional bersama korban pembantaian 1946 di Sumatera Timur yakni Simekar (Simalungun, Melayu dan Karo).

Nantinya, hasil seminar itu menjadi kajian dan rekomendasi untuk tindaklanjut rekonsiliasi dan rehabilitasi hak-hak kaum bangsawan Sumatera Timur yang hilang sejak 1946.

Diskusi itu juga menyarakan, supaya tokoh-tokoh Simalungun dimana saja berada supaya mengesampingkan kepentingan sektoral, ego kelompok demi kepentingan suku Simalungun yang lebih besar.

Sultan Saragih dari Sanggar Budaya Rayantara, sebagai suhut bolon FGD, pada kesempatan itu menyampaipan apresiasi dan terimakasih kepada peserta yang hadir di FGD.

Dia meyebutkan, tujuan FGD hanyalah sebagai pencerahan sejarah bagi generasi mengenai revolusi sosial, supaya generasi mengetahui sejarah sebenarnya.

“Generasi kita harus memberi jawaban mengajukan solusi rekonsiliasi, terutama ketika saksi hidup masih ada agar tidak kembali menjadi pertanyaan gelap yang sama setiap zaman,” ujarnya.

Sultan menambahkan, pelaksanaan rumusan dan tindak lanjut FGD juga nantinya ada pengakuan negara guna rehabilitasi dan rekonsiliasi tingkat lokal, regional hingga nasional.

“Kita akan membangun komunikasi dengan pihak-pihak sesuai hasil FGD nantinya,” ujar Sultan. (*/snc)

Share264Tweet165Pin59

Berita Terkait

Ilustrasi penyakit nyeri sendi atau geja asam urat.

Rahasia Mengatasi Nyeri Sendi: Tips Teruji untuk Menyiasati Asam Urat

24/03/2024

SimadaNews.com-Penyakit asam urat adalah kondisi yang disebabkan oleh penumpukan asam urat di dalam tubuh, yang biasanya terjadi karena metabolisme purin...

385 Orang setiap Hari Meninggal Dunia karena Penyakit TBC

18/02/2024

SimadaNews.com-Sebanyak 385 orang setiap hari meninggal dunia karena mengidap penyakit Tuberkolosis atau TBC. Hal itu disampaikan, Guru Besar Tetap dalam...

5 Manfaat Bila Rutin Minum Jus Bayam

17/02/2024

SimadaNews.com- Bayam merupakan jenis sayuran hijau bisa dinikmati dalam berbagai bentuk sajian, mulai dari sup, tumis bahkan dalam bentuk jus....

Ini Bahaya Konsumsi Makanan Ringan Kemasan…

22/01/2024

SimadaNews.com-Makanan ringan kemasan atau yang dikenal sebagai cemilan merupakan makanan yang biasa dikonsumsi diantara waktu makan yang berguna untuk menahan...

dr Susanti Kunjungi Puskesmas Ksatria dan Pardamean

08/01/2024

SimadaNews.com - Memastikan pelayanan kesehatan sudah berjalan dengan baik kepada masyarakat, Wali Kota Pematang Siantar dr Susanti Dewayani kunjungi Puskesmas...

Gandeng Yayasan Buddha Tzu Chi, Lapas Tebing Tinggi Gelar Bakti Sosial Kesehatan WBP

10/12/2023

SimadaNews.com-Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Tebing Tinggi bersama Yayasan Buddha Tzu Chi dan Tzu Chi International Medical Association (TIMA) mengadakan...

Berita Terbaru

News

Wujud Cinta Lingkungan, Ordo Karmel dan KSSY Tebar Eco Enzyme di TPA Pematangsiantar

5 Juni 2025 | 23:40 WIB
News

Idul Adha 1446 H, Pemko Pematangsiantar Kurbankan 9 Ekor Sapi

5 Juni 2025 | 19:32 WIB
News

Vandiko Serahkan Hewan Kurban Bantuan Presiden dan Gubernur Sumut, Bukti Nyata Kepedulian Antar Umat

5 Juni 2025 | 19:24 WIB
News

Pembangunan Gedung IV Pasar Horas Ditarget Selesai Menjelang Natal dan Tahun Baru

5 Juni 2025 | 15:33 WIB
News

Perkuat Kamtibmas, KSAD Tinjau Wilayah Hukum Polres Simalungun

5 Juni 2025 | 15:11 WIB
News

Tuan Rondahaim Saragih, Penerima Bintang Jasa Utama RI Layak Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional

5 Juni 2025 | 09:35 WIB
News

188 Siswa SMA Negeri 1 Raya Lolos ke PTN dan Sekolah Kedinasan

4 Juni 2025 | 22:41 WIB
News

Ariston Tua Sidauruk Hadiri Rakor Percepatan Pembentukan Koperasi Merah Putih Wilayah II

4 Juni 2025 | 19:14 WIB
News

Wesly Silalahi Tinjau Tes Urine Pelajar dan Guru di SMP Negeri 8 Pematangsiantar

4 Juni 2025 | 18:47 WIB
News

Penangkapan Pencuri Berondolan di Kebun Laras Picu Ketegangan, Pangulu Minta Mediasi Didahulukan

4 Juni 2025 | 18:04 WIB
News

Kunjungi SMSI Sumut, Kombes Ferry Dorong Media Jadi Mitra Strategis Pemberantasan Narkoba

4 Juni 2025 | 16:14 WIB
News

PNM Pematangsiantar Teguhkan Nilai Pancasila dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

4 Juni 2025 | 14:51 WIB
  • Redaksi
  • Terms
  • Policy
  • Pedoman

© 2018-2024 Simada News

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Komunitas
  • Sudut Pandang
  • Simadagros
  • Asahan
  • Simada TV

© 2018-2024 Simada News

rotasi barak berita hari ini danau toba