SimadaNews.com-Rencana kunjungan Raja Belanda Willem-Alexander ke Indonesia, yang sekaligus juga diagendakan akan berwisata ke Danau Toba pada tanggal 10-13 Maret 2020 mendatang santer terkabar hingga ke daerah Tapanuli.
Kabar tersebutpun disambut gembira dan diapresiasi para warga sekitar Danau Toba, terlebih warga Kabupaten Toba Samosir yang memiliki potensi sebagai kota sentral persinggahan wisatawan.
Salah satu tanggapan dilontarkan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Toba Samosir, Winner Sinambela di Balige.
Winer yang juga merupakan Ketua Perhumpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Toba Samosir ini mengatakan, bahwa momentum kunjungan Raja Willem-Alexander sangat tepat untuk mengangkat citra wisata Danau Toba ke kancah dunia internasional.
“Saya melihat ini (kunjungan Raja Willem-Alexander) sebagai momentum yang pas untuk mengglobalising citra wisata Toba. Karna, yang paling utama bahwa Raja Willem-Alexander adalah salah satu tokoh penting di Dunia, khususnya di benua Eropa,” sebut Winner.
Politisi muda putra asli kelahiran Tobasa yang juga digadang-gadang menjadi salah satu calon Bupati Tobasa mewakili tokoh muda ini menyampaikan, agar masyarakat juga memberikan sambutan dan pelayanan terbaik. Hal ini dalam rangka agar sepulang dari Danau Toba, Raja Willem-Alexander membawa kabar baik ke negaranya. Ini diangga penting, karena promosi terbaik itu adalah dari mulut ke mulut.
“Kita berharap semua masyarakat nanti sambut baik, dan beri pelayanan terbaik. Agar sepulang dari Toba, beliau (Raja Willem-Alexander) beserta rombongannya membawa berita harum ke negaranya. Promosi paling efektif itu kan melalui mulut ke mulut,” terang Winner melanjutkan.
Winner menyebut, persoalan yang paling disoroti sekarang terkait wisata Danau Toba ada dua hal. Pertama soal mental dan relasi masyarakat menyambut wisatawan. Kedua, pastinya soal pencemaran dan kebersihan lingkungan.
Dalam pandangannya, masyarakat belum mencapai tahap mental sebagai pengusaha wisata, sehingga berdampak pada relasi yang buruk terhadap wisatawan. Yang kedua, bahwa masyarakat belum mampu berkomitmen untuk tertib membuang sampah dan limbah rumahan.
Khusus soal pencemaran, Winner melihat persoalan terbaru yang terjadi, soal bangkai peliharaan Babi yang dibuang sembarangan oleh oknum warga ke sungai. Masalah ini jadi konsumsi publik di media sosial, yang pada ujungnya berdampak pada citra buruk Danau Toba dan masyarakat sekitarnya dimata calon wisatawan.
“Ada dua hal yang belum kita punya. Pertama soal mental kesadaran wisata. Hari ini kita harus jadi ‘sales’ keindahan Danau Toba. Jangan sampai jadi ‘parsahalian’. Kedua, yang membuat hati miris akhir-akhir ini. Pasti semua kita tau, soal bangkai ‘pinahan’ yang dibuang sembarangan. Sadar atau tidak, ini mecoreng wajah Danau Toba dan kita semua di mata calon wisatawan.” kata Winner.
Dia menambahkan, agar semua masyarakat yang ada disekitar Danau Toba sama-sama berkomitmen dalam dua hal tersebut, sehingga nama wisata Danau Toba harum dan mendatangkan wisatawan terus menerus.
“Saya berharap, untuk kita semua, termasuk saya, karna saya juga lahir di Tobasa. Mari kita melatih diri untuk memperbaiki dua hal ini. Sadar wisata dan sadar lingkungan. Karena yang kita jual bukan kemegahan dan kecanggihan, tetapi keindahan alam dan kelestariannya, serta budaya kita yang unik.” tutup Winner. (snc)
Editor: Hermanto Sipayung