SimadaNews.com – Pandemi COVID-19 belum berakhir, guna menekan kasus yang terus bertambah, pemberian vaksin COVID-19 terus dilakukan sebagai solusi paling tepat untuk mengurangi jumlah kasus infeksi dari mutasi COVID-19.
Wakil Kepala Lembaga Eijkman Bidang Penelitian Fundamental, Herawati Sudoyo, mengatakan bahwa sebagian besar produsen vaksin COVID-19 mencoba mencapai tingkat efikasi hingga 70 persen.
“Hingga saat ini, penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satupun vaksin COVID-19 yang tidak efektif menangkal mutasi virus COVID-19,” kata Herawati saat Dialog Produktif Semangat Selasa yang disiarkan melalui Youtube FMB9_IKP Selasa (15/6/2021).
Kendati begitu, lanjut Prof Hearawi, memang ada penurunan efikasi saat vaksin COVID-19 melawan mutasi virus COVID-19 ini. Namun, hal itu tidak mengurangi makna perlindungan yang diberikan vaksin COVID-19 itu sendiri.
Terkait upaya pemerintah untuk menyukseskan program vaksinasi, ia mendorong para Ilmuwan untuk perlu berbicara demi meluruskan kesimpangsiuran informasi dengan menegakkan bukti dan data-data ilmiah.
“Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) akibat vaksinasi COVID-19, misalnya, hanya terjadi di berapa persen dari sekian juta orang yang sudah divaksinasi. Akan tetapi hal-hal kecil inilah yang masuk pemberitaan dan menjadi besar. Saya pikir di sinilah porsi ilmuwan berbicara dengan data- data. Saya kira kalau kita bisa bekerja sama dengan baik, semua masalah mengenai vaksinasi bisa teratasi,” kata Herawati.
Ia juga mengingatkan kembali bahwa seandainya semua sudah divaksinasi, vaksin bukan satu-satunya cara untuk mengalahkan virus ini.
“Jadi yang sudah mulai longgar protokol kesehatannya karena adanya program vaksinasi harus kita perketat protokol kesehatan kita lagi karena adanya mutasi virus baru yang sudah bertransmisi lokal,” tutur Herawati. (***)