Simada News
Kamis, 17 Juli 2025
No Result
View All Result
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Komunitas
  • Sudut Pandang
  • Simadagros
  • Asahan
  • Simada TV
Simada News
No Result
View All Result
Simada News
No Result
View All Result
  • SMSI
  • google news
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Kesehatan
  • Komunitas
  • Labuhan Batu Raya
  • Pesona
  • Sudut Pandang
  • Tokoh
  • SimadaTV
ADVERTISEMENT
Home News

Bahasa Minoritas di Kabupaten Labuhanbatu

Simadanews.com by Simadanews.com
13 Juli 2025 | 19:40 WIB
in News
Share on FacebookShare on Twitter

KABUPATEN Labuhanbatu adalah salah satu wilayah yang dahulunya termasuk dalam Keresidenan Sumatera Timur, sebuah pembagian administratif pada masa kolonial Hindia Belanda.

Wilayah ini terbagi atas beberapa kesultanan, antara lain Kesultanan Kota Pinang, Kesultanan Kualuh, Kesultanan Bilah, dan Kesultanan Panai.

Dari keempatnya, Kesultanan Bilah menjadi cikal bakal lahirnya Kabupaten Labuhanbatu.

Dua bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada 17 Oktober 1945, terbentuklah Kabupaten Labuhanbatu yang secara sah berdiri pada 24 November 1956 berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1956.

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 9.223,18 km² dan dihuni oleh berbagai suku seperti Batak (Angkola, Mandailing, Toba, Karo, dan Pakpak), Melayu, dan Jawa. Selain itu, terdapat pula masyarakat Minangkabau, Aceh, dan Tionghoa.

Pada tahun 2008, Kabupaten Labuhanbatu dimekarkan menjadi tiga bagian melalui Undang-undang Nomor 22 dan 23 Tahun 2008, yaitu:

  1. Kabupaten Labuhanbatu Induk
  2. Kabupaten Labuhanbatu Utara
  3. Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Adat dan Budaya yang Masih Terjaga

Sebagai wilayah yang memiliki akar sejarah dari beberapa kesultanan, pengaruh adat dan budaya Melayu sangat kental terasa di ketiga kabupaten hasil pemekaran tersebut. Tradisi menyambut tamu dengan Tepuk Tepung Tawar, Tari Persembahan, dan Bunga Silat masih lestari hingga kini.

Di tengah masyarakat, kita masih bisa menjumpai tradisi Melayu seperti ritual Mengayunkan Anak atau menabalkan nama, yang menandakan kuatnya nilai-nilai budaya yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.

Bahasa Bilah dan Panai: Warisan yang Terancam Punah

Keunikan lainnya dari Kabupaten Labuhanbatu Induk adalah keberadaan dialek Melayu Bilah dan Panai, yang kini menjadi bahasa minoritas.

Kedua dialek ini hanya dituturkan oleh sebagian kecil masyarakat di wilayah tersebut, terutama di daerah-daerah bekas Kesultanan Bilah dan Panai.

Ciri khas dialek ini adalah pelafalan huruf “r” yang terdengar sengau, menyerupai bunyi “gh”.

Meskipun jumlah penuturnya kian menyusut, keberadaan dialek ini menjadi bukti otentik bahwa Kesultanan Bilah dan Panai pernah jaya dan berperan besar dalam sejarah Sumatera Timur.

Tak kalah penting, Kabupaten Labuhanbatu Induk juga memiliki Sungai Bilah yang bersejarah. Sungai ini menginspirasi Sutan Tahir Indra Alam — keturunan Kesultanan Pinang Awan — untuk mendirikan Kesultanan Bilah pada tahun 1630. Kata “Bilah” berasal dari istilah sebilang atau sepotong pohon yang berasal dari pohon nibung (sejenis rotan atau bambu) yang hanya tumbuh di pinggiran sungai tersebut.

Upaya Pelestarian Dialek Bilah dan Panai

Setelah terbentuk pada tahun 1945 dan resmi berdiri pada 1956, bahkan pasca pemekaran tahun 2008, Kabupaten Labuhanbatu Induk masih menghadapi berbagai tantangan pembangunan.

Padahal, pada masa silam, Kesultanan Bilah adalah pusat peradaban dan jalur perdagangan penting di Sumatera Timur.

Kini, meskipun menghidupkan kembali kejayaan Sungai Bilah sebagai jalur perdagangan mungkin terasa mustahil, pelestarian bahasa dan dialek lokal seperti Bilah dan Panai masih sangat mungkin dilakukan.

Sayangnya, kedua dialek ini kini hanya menjadi bahasa ibu yang dituturkan oleh kalangan terbatas.

Dalam era digital saat ini, ketika budaya malas membaca merebak, ancaman kepunahan bahasa daerah menjadi sangat nyata. Terlebih lagi dengan dominasi bahasa Indonesia dan bahasa asing, pelestarian dialek lokal menjadi tugas yang tidak ringan.

Namun, jika pemerintah daerah benar-benar menjunjung falsafah “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”, maka pelestarian bahasa lokal dapat diwujudkan. Salah satu langkah konkret yang dapat diambil adalah memasukkan dialek Bilah dan Panai ke dalam kurikulum sekolah melalui muatan lokal sebagai mata pelajaran wajib.

Dengan demikian, generasi muda tidak hanya mengenal asal-usulnya, tetapi juga merasa bangga menjadi bagian dari warisan budaya yang sangat kaya ini. (*)

Penulis: SigondrongDalamDiam, pelukis, pelaku, dan penggiat seni

Share219Tweet137Pin49

Berita Terkait

Wesly Silalahi Teken Fakta Integritas Bareng KPK, Peringatkan ASN Soal Risiko Korupsi

16/07/2025

SimadaNews.com – Wali Kota Pematangsiantar Wesly Silalahi menyambut baik pelaksanaan Sosialisasi Survei Penilaian Integritas (SPI) Tahun 2025 yang digelar Komisi Pemberantasan...

10 Ribu Ton Eceng Gondok Diangkut! Aksi Hebat TNI dan Bupati Samosir Bikin Danau Toba Bersinar Lagi

16/07/2025

SimadaNews.com—Bupati Samosir Vandiko T. Gultom bersama Danrem 023/KS Brigjen TNI Jansen P. Nainggolan dan Forkopimda kembali menggelar aksi bersih-bersih eceng...

Oplus_0

Kecelakaan Maut di Jalan Medan–Siantar, Edwar Janer Damanik dan Rudianto Saragih Meninggal

16/07/2025

SimadaNews.com– Kecelakaan maut terjadi di Jalan Medan–Pematangsiantar Km 14–15, tepatnya di Nagori Batu Silangit, Kecamatan Tapian Dolok, Kabupaten Simalungun, Senin...

Pelatihan Jurnalistik di Siantar “Media Siber Harus Profesional dan Berintegritas”

15/07/2025

SimadaNews.com – Wali Kota Pematangsiantar Wesly Silalahi SH MKn mengimbau para jurnalis agar tetap profesional dan berpedoman pada Undang-Undang Nomor...

Wabup Samosir Sampaikan Nota Pengantar Rancangan KUA-PPAS Perubahan APBD 2025 dan Ranperda RPJMD

15/07/2025

SimadaNews.com — Wakil Bupati Samosir, Ariston Tua Sidauruk, menyampaikan Nota Pengantar Rancangan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS)...

Ketua Himapsi Politeknik Medan Tolak Konversi Kebun Teh ke Sawit “Jangan Hancurkan Sidamanik”

14/07/2025

SimadaNews.com — Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun (Himapsi) Politeknik Negeri Medan secara tegas menolak rencana konversi tanaman teh menjadi kelapa...

Berita Terbaru

News

Wesly Silalahi Teken Fakta Integritas Bareng KPK, Peringatkan ASN Soal Risiko Korupsi

16 Juli 2025 | 19:58 WIB
News

10 Ribu Ton Eceng Gondok Diangkut! Aksi Hebat TNI dan Bupati Samosir Bikin Danau Toba Bersinar Lagi

16 Juli 2025 | 19:17 WIB
News

Kecelakaan Maut di Jalan Medan–Siantar, Edwar Janer Damanik dan Rudianto Saragih Meninggal

16 Juli 2025 | 13:25 WIB
News

Pelatihan Jurnalistik di Siantar “Media Siber Harus Profesional dan Berintegritas”

15 Juli 2025 | 23:03 WIB
News

Wabup Samosir Sampaikan Nota Pengantar Rancangan KUA-PPAS Perubahan APBD 2025 dan Ranperda RPJMD

15 Juli 2025 | 22:43 WIB
News

Ketua Himapsi Politeknik Medan Tolak Konversi Kebun Teh ke Sawit “Jangan Hancurkan Sidamanik”

14 Juli 2025 | 20:36 WIB
News

Wesly Silalahi Paparkan Pertumbuhan Ekonomi di Paripurna DPRD Pematangsiantar

14 Juli 2025 | 18:51 WIB
News

USI Pematangsiantar Wisuda 643 Lulusan, Lahirkan 4 Profesor dan 3 Doktor Baru

14 Juli 2025 | 15:18 WIB
News

Siantar Culture Show 2025 Dimeriahkan CFD, Fun Gowes, dan Permainan Tradisional

14 Juli 2025 | 07:15 WIB
News

Naik Bus Nice Trans dari Medan Tiba-tiba Lemas di Kursi,  Sampai di Siantar Sorlin Hutasoit Meninggal

13 Juli 2025 | 21:17 WIB
News

Panik Saat Ditangkap, Pemuda Ini Buang Sabu ke Aspal – Polisi Temukan Lebih Banyak di Rumahnya

13 Juli 2025 | 20:46 WIB
News

August Sinaga Resmi Jabat Kacabdis Wilayah VI, Targetkan Sekolah Jadi Barometer Pendidikan Sumut

13 Juli 2025 | 20:08 WIB
  • Redaksi
  • Terms
  • Policy
  • Pedoman

© 2018-2024 Simada News

rotasi barak berita hari ini danau toba

slot gacor
slot gacor
No Result
View All Result
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Komunitas
  • Sudut Pandang
  • Simadagros
  • Asahan
  • Simada TV

© 2018-2024 Simada News

rotasi barak berita hari ini danau toba