SimadaNews.com – Sejak Januari 2021, Boy Sianipar (20) mendirikan perpustakaan “Library Sihailhail” di kampungnya, Desa Sianipar Sihailhail, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba.
Perpustakaan berukuran 6 x 8 meter itu, didedikasikannya bagi anak-anak sekitar kampung halamannya, agar anak-anak dapat menikmati pengetahuan melalui buku.
Memasuki ruang tersebut, selepas mata menatap, terdapat buku berjejer rapi yang di antaranya buku anak-anak, buku cerita, buku pelajaran sekolah, novel, dan sejumlah buku resep makanan.
Boy yang alumni 2018 SMA Bintang Timur Balige itu, memutuskan tinggal di kampung halamannya sembari meningkatkan kemampuan seni lukisnya.
Sambil melukis, ia ingin setiap orang menikmati hasil karyanya melalui pajangan di sopo Batak, yang kini menjadi perpustakaan.
Perpustakaan tersebut dikunjungi anak-anak sekitar rumah untuk belajar di masa pandemi Covid-19. Tidak sungkan anak-anak bertanya padanya. Sejumlah anak membaca buku dan mengerjakan tugas dari sekolah.
Semangat anak-anak membaca membuat dia berupaya mengembangkan perpustakaan tersebut, mulai dari pembenahan buku, kursi, dan meja hingga pendukung lainnya.
“Awalnya aku ragu dengan cita-citaku ini. Namun, setelah melihat anak-anak datang, mulai dari pagi hingga malam, aku jadi semangat. Kini, kursi dan buku-buku serta meja belajar anak sedang kubenahi. Aku gunakan kayu-kayu bekas, gimanalah biar anak-anak merasa nyaman saat belajar,” kata Boy Sianipar, Selasa (16/03/2021).
Keinginan mendirikan perpustakaan, sudah sejak lulus dari SMA dan terwujud tiga tahun setelahnya. Pria yang memiliki hobby melukis itu merasa kasihan melihat anak-anak yang sudah jauh dari dunia buku, dan lebih dekat ke dunia gadget.
“Kini anak-anak bisa membaca buku. Kan, biasanya anak-anak jaman sekarang ini sangat dekat dengan gadget. Buku sudah mulai ditinggalkan, inilah yang membuat hatiku miris. Dan, ini harus diubah sejak dini,” katanya.
Dari penjualan lukisannya, ia membagi pendapatannya untuk membeli buku dan peralatan lainnya di perpustakaan.
Si bungsu dari enam bersaudara ini merasa gembira melihat anak-anak bisa bermain dan belajar di Library Sihailhail.
“Harapanku, sopo yang berumur 200 tahun ini bisa menjadi tempat anak-anak hingga kuliah. Aku juga pajang semua karyaku agar mereka bisa melihat dan siapa tahu bisa tertarik untuk melukis. Aku ingin membangun kampung kecilku ini dari hal-hal sederhana,” katanya.
Walau masih biaya pribadi, ia tidak putus asa. Ia yakin bahwa upaya yang dijalankannya dari hati jujur akan mendapatkan jalan terbaik guna mengembangkan perpustakaan kecil tersebut.
“Aku yakin dengan gerakan kecil ini, orang-orang sekitar ini akan semakin bersemangat dan yakin melihat dunia luar. Secara pribadi, aku yakin ada banyak jalan bila memulai sesuatu dengan jujur,” katanya. (Jaya Napitupulu)