SimadaNews.com-Tujuh keturunan Kerajaan Simalungun, yakni Kerajaan Siantar, Tanah Jawa, Raya, Purba, Dolok Silou, Panei, Silimahuta, ikut hadir mengikuti Festival Keraton dan Forum Keraton dan Masyarakat Adat (FKMA) di Sumenep, Jawa Timur.
Kehadiran para keturunan kerajaan itu juga diikuti tim kesenian budaya Simalungun yang diinisiasi Tim Promosi 7 Kerajaan Simalungun (PB7KS).
Perwakilan PB7KS kepada SimadaNews.com, Minggu (28/10) mengatakan, sejumlah seni dan budaya Simalungun ditampilkan di event yang berlangsung sejak 27 Oktober hingga 31 Oktober itu yakni, Tortor Turahan, Tortor Sombah, Tortor Haroan Bolon, Tortor Martonun, Tortor Harungguan, Sendratari Panak Boru UOU. Ada juga Sendratari Batil Omas, Tari Kontemporer Ethnic Simalungun “Hasiholan”.
Pria yang mendapat gelar panak boru dari Kerajaan Raya ini, menyebutkan, semua kegiatan diikuti kontingen dari kerajaan-kerajaan Simalungun, dengan harapan nantinya kerajaan-kerajaan Simalungun, nantinya terus dilibatkan dan menjadi anggota FKMA.
Tujuan menjadi anggota FKMA, yakni supaya Kerajaan-kerajaan Simalungun bisa menjadi tuan rumah pelaksanaan Festival Keraton dan FKMA.
Diketahui, pada kegiatan itu hadir juga Bupati Simalungun, JR Saragih, Ketua DPRD Simalungun, Drs Johalim Purba,dan sejumlah tokoh Simalungun yang berada di Pulau Jawa.
Kehadiran para tokoh Simalungun itu, merupakan bentuk dukungan penuh untuk mempromosikan budaya Simalungun ke ranah nasional. Selain itu juga kerajaan Simalungun yang hadir menarik perhatian dari rombongan kerajaan lain.
Sedangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Festival Keraton dan Masyarakat Adat Asean (FKMA) V Tahun 2018, yang digelar di Alun-alun Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, mengatakan, dalam festival yang dihadiri oleh para Raja, para Sultan, para Pangeran, para Pemangku Adat anggota Forum Silaturahmi Keraton Nusantara itu, kita bisa melihat, betapa perbedaan-perbedaan kita kelihatan.
“Berbeda agama, berbeda adat, berbeda tradisi, berbeda suku. Inilah anugerah yang diberikan Allah SWT terhadap bangsa kita Indonesia. Sekali lagi, berbeda suku, berbeda agama,” kata Presiden Jokowi.
Jokowi mengingatkan, perbedaan-perbedaan itu akan menjadi sebuah potensi dan kekuatan apabila kita bersatu, apabila kita rukun. Karena itu, Kepala Negara berpesan, jangan sampai nanti Indonesia maju dalam teknologi tapi mundur dalam kebudayaan, mundur dalam peradaban. Jangan sampai ini terjadi.
“Kemajuan Indonesia harus tetap mengakar kuat pada kearifan lokal Nusantara,” ujar Kepala Negara.
Untuk itu, Presiden Jokowi mengingatkan kepada semuanya untuk terus menjaga persatuan dan kerukunan sebagai aset terbesar bangsa Indonesia. Jangan kita terjebak pada pusaran ujaran kebencian, pusaran fitnah, pusaran hoaks.
“Bukan nilai seperti itu yang diajarkan oleh nenek moyang kita, oleh leluhur kita. Bukan sikap seperti itu yang ditunjukkan oleh para raja, para sultan, dan para pemimpin kerajaan-kerajaan Nusantara di masa lalu,” tegas Presiden Jokowi.
Kepala Negara mengajak semua masyarakat untuk membangun dan mewariskan peradaban Indonesia yang besar, peradaban Indonesia yang mulia, peradaban Indonesia yang terhormat dan bermartabat. (rel/snc)