SimadaNews.com – Melihat pertumbuhan jagung yang sudah ditanam, seorang petani di Desa Bonan Dolok III, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba, Rismawati Pasaribu yakin bakal rugi menggunakan bibit yang disediakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Toba.
Lahan yang sudah ia tanami pada lahan kering ada sekitar 3 rante sejak seminggu yang lalu.
Rismawati Pasaribu (50) memprediksi pertumbuhan jagung terganggu karena pengadaan bibit yang kualitasnya masih dipertanyakan.
Saat disambangi di lahannya pada Sabtu (9/10/2021), ia menjelaskan bahwa ada perbedaan kualitas bibit yang diberikan pemerintah dengan bibit yang dibeli dari toko.
Hal ini disampaikan sebab ia telah menanam jagung dengan menggunakan jenis bibit yang sama beberapa kali.
“Kalau berdasarkan pengalaman kita, warna biru dari toko itu lebih kentara sementara bibit ini (bibit pengadaan Pemkab Toba) agak pucat. Biasanya yang dari toko itu, warna yang menempel di jagung itu lengket di tangan,” ujar Rismawati Pasaribu.
“Inilah buktinya, tangan saya lagi keringat, tapi warnanya tidak lengket. Kalau yang ini memang ada yang kecil. Bedalah dengan yang dari toko. Kita juga baru menanam bibit pioneer yang dari pemerintah ini, dan daunnya sedikit lebih kecil dibanding dari toko,” katanya.
Bahkan, pihak Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) tidak pernah memberikan sosialisasi kepada kelompok tani soal keunggulan bibit Pioneer 32 Cap Singa yang disediakan Pemerintah Kabupaten Toba dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan meningkatkan Indeks Pertanaman (IP).
Bibit yang ia peroleh 5 bungkus tersebut dari kelompok tani sudah ia tanam, namun belum yakin akan pertumbuhan jagung tersebut.
“Tidak pernah (sosialisasi dari pihak PPL). Ini dari kelompok tani, namanya kelompok tani Sihobuk Bonan Dolok,” katanya.
Sebagai informasi, penanaman jagung ini diperuntukkan bagi lahan sawah pascapanen padi. Tujuannya, agar Indeks Pertanaman di Kabupaten Toba meningkat menjadi 2. Petani di Desa Bonan Dolok menggunakan lahan kering karena lahan persawahan mereka susah dikeringkan.
“Kita lihat aja nanti, tapi kayaknya kita merugi. Kalau pupuk, kita dapatkan juga dari kelompok. Di sini, jadi di lahan kering karena daerah persawahan sangat gambut atau susah kering,” katanya.
Di lapangan terlihat jagung sudah tumbuh setelah sepekan penanaman.
Menurutnya, program pemerintah tersebut akan menuju kerugian dengan melihat perkembangan jagung yang dinilai kurang memperlihatkan geliat.
“Bibit ini kita terima sekitar 3 minggu yang lalulah. Bibit yang kita gunakan sudah sampai 5 bungkus, inilah sisanya dari yang 5 bungkus itu,” kata ujar Rismawati Pasaribu. (jaya napitupulu)