SimadaNews.com-Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Salahuddin Wahid menilai, gerakan anti golongan putih (golput) dan anti politik uang dapat digelorakan kembali dalam pilkada serentak 2018.
Pria yang akrab disapa Gus Sholah ini, mengungkapkan hal itu kepada para relawan Gerakan Daulat Desa (GDD) yang berdiskusi dengannya, di Ponpes Tebuireng, Jombang, Jatim, Sabtu (27/1).
Sebagai guru bangsa, para relawan GDD ingin mendapatkan nasihat Gus Sholah untuk kembali menyuarakan gerakan anti golput dan politik uang.
“Kita harus memetakan pemilih muda di daerah yang menyelenggarakan pilkada. Para pemilih muda usia 17-18 tahun ini, kita ajak untuk berpartisipasi menggunakan hak pilihnya dengan baik dan benar,” saran Gus Sholah.
Ketum Umum Gerakan Cinta Tanah Air (Getar), Dody J Siahaan didampingi Ketua Barisan Relawan Perempuan Nusantara(AMPU) Flora MarpaungFlora, Mentor Gerakan Kebajikan Pancasila Syaiful Amin Lubis, Charles Siahaan, Mario Michael Sinaga, mengatakan tujuan mereka berkunjung menemui Gus Solah untuk mendapatkan nasehat dalam menjalankan gerakan anti golput dan politik uang di sejumlah daerah yang ada di Indinesia yang akan menggelar Pilkada.
Para relawan nantinya, akan menjadikan provinsi Sumatera Utara, sebagai pilot project dengan mendirikan posko Barisan Relawan Gotong Royong (Bara Pos Goro) Anti Golput dan anti Politik Uang.
”Target kita, berdiri 20 ribu posko dengan anggota 50 sampai 100 warga anti golput dan politik uang,” kata Siahaan diamini Syaiful dan Flora.
Mereka menyebutkan, menjelang pilkada serentak 2018 mendatang, sekitar satu juta anggota Bara Pos Goro akan berdatangan ke Tempat Pemilihan Suara (TPS).
Syaiful menambahkan, sesuai data KPUD, kaum golput Pilkada 2013 di Sumut mencapai hampir 5 juta orang atau 56 persen dari jumlah DPT.
”Target kita, jumlah kaum golput berkurang demi suksesnya Pilkada Sumut,” ucapnya. (mas/snc)