SimadaNews.com-Industri berbasis teknologi 4.0, kini sudah diterapkan petani sayuran tomat dan timun dataran tinggi di Kecamatan Pangalengan, Bandung. Kegiatan pertananam tidak lagi dilakukan secara manual, tetap sudah dikendalikan dengan menggunakan komputer.
“Iya ini menggunakan green house lengkap dengan sarana penunjangnya untuk ditanam tomat beef, tomat cherry dan baby cucumber. Pertanaman dikendalikan dengan komputer” ujar Marketing Direktor Nudira Farm, Edi Sugiyanto pada kunjungan kerja Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi di Pangalengan, Jumat (15/3).
Edi Sugiyanto menjelaskan, investasi untuk 2.600 m2 green house membutuhkan biaya Rp1,5 juta per m2. Biaya pokok produksi untuk kedua jenis tomat ini ( beef dan cherry –red) sebesar Rp4.200 per Kg, produksinya mencapai 12 Kg per pohon tomat beef dan 48 Kg per pohon tomat cherry.
“Harga di petani Rp22.500 per Kg. Jauh lebih untung daripada menanam tomat biasa. Kemudian untuk baby cucumber biaya produksi Rp2.100 per Kg dan harga jual Rp22.500 per Kg, cukup efisien dan harga jual lebih tinggi,” jelasnya.
“Buktinya dari membandingkannya dengan harga jual tomat biasa Rp12.000 per Kg dan biaya mencapai Rp7.000 per Kg. Selanjutnya mentimun harga jual Rp 6.000 per kg dengan biaya Rp3.000 per Kg,” sambung Edi.
Edi menjelaskan, green house 2.600 m2 ini sudah dilengkapi alat pengatur suhu, kelembaban, CO2, pencahayaan, sirkulasi udara. Bahkan nutrisi untuk tanaman disalurkan dengan pipa pipa irigasi tetes dan semuanya termasuk perkembangan tanaman tiap hari dipantau dan dikendalikan komputer yang ada di ruang kontrol.
“Produk yang dihasilaknnya segar, non pestisida. Benihnya sebagian diproduksi sendiri dan sebagian impor dari Belanda. Kualitas bagus, bahkan tingkat brix tomat cherry dapat kita atur sesuai permintaan konsumen, kisaran 9-12 brix. Ini jauh lebih manis dari pada tomat beef,” jelas Edi.
“Pasar tidak ada masalah, demand tinggi, permintaan mencapai 200 ton lebih, kami baru sanggup memasok 109 ton pertahun,” pinta dia.