SimadaNews.com – Pasien Covid-19 warga Kecamatan Balige, meninggal dunia setelah pulang paksa oleh keluarganya dari salah satu Rumah Sakit di Medan.
Sekretaris Satgas Covid-19 Kabupaten Toba, Pontas Batubara menjelaskan, informasi meninggalnya pasien atas nama E Butar-butar (71) dengan status Covid-19 menjalani perawatan di RS Bina Kasih Medan namun atas permintaan keluarga dibawa pulang.
“Kita dapat kabar dirujuk dari RS HKBP ke Rumah Sakit Bina Kasih dengan status covid. Dari Bina Kasih mau dirujuk lagi ke Adam Malik, keluarga tidak mau karena dianggap sudah tua,” katanya saat mengikuti rapat paripurna di gedung DPRD Toba, Balige, Rabu (28/04/21).
Sangat disayangkan, data mengenai pasien Covid tersebut, diakui tidak pernah dilaporkan ke Satgas Covid-19 Toba. Namun kejadian atas warga Toba tersebut tetap mendapat perhatian dari pemerintah.
“Ini tidak diberitahukan ke kita satgas covid Toba yang meninggal ini adalah positif covid, jadi datanya tidak ada di kita. Kita tidak tahu kapan masuk dan dirawat di RS HKBP, kita tidak ada data-data itu. Saat ini kita lakukan pemulasaran di rumah yang meninggal dengan keadaan terpaksa, kita bersama tim dari RS Porsea untuk melakukan pemulasaran dan memasukkan ke peti mati dan akan dikuburkan langsung hari ini juga,” sebutnya.
Di lokasi yang sama Direktur RSUD Porsea, Tommy Siahaan, mengakui tidak ada koordinasi terkait pasien dan rencana rujukan.
“Memang tidak sepengetahuan kami itu, tiba-tiba bisa meninggal di rumah. Jadi petunjuk dari sekretaris satgas, pemulasarannya dari rumah sakit, hanya itu saja. Terkait dengan pasien covid bisa sampai di rumah itu yang belum koordinasinya, itu yang belum jelas, sementara pasien covid itu harus diisolasikan,” kata Tommy.
Kadis Kesehatan Toba, Juliwan Hutapea, menjelaskan hasil pemeriksaan terhadap pasien diperoleh setelah mendapat informasi meninggal.
“Kita baru tahu itu tadi pagi melalui petugas kita dari Puskesmas Tandang Buhit. Dengan adanya hasil itu kita dari tim kesehatan bekerjasama dengan kecamatan dan desa agar segera mengebumikan dengan protokol kesehatan,” jelasnya.
Ditanya mengapa Satgas Covid-19 Toba terkesan bobol data update pasien Covid-19, Juliwan mengakui kurangnya koordinasi antara institusi kesehatan khususnya rumah sakit.
“Semenjak 2021 memang berkurang koordinasi antara institusi kesehatan di luar Kabupaten Toba secara khusus rumah sakit-rumah sakit yang ada di luar Kabupaten Toba, sebelumnya memang pemeriksaan covid dengan PCR Swab dilakukan melalui Dinas Kesehatan Provinsi dilaporkan ke kita. Tapi sekarang dengan pemeriksaan rapid antigen bahwasanya bisa menjadi diagnosa Covid-19, disinilah kelemahan kita dalam sistem pelaporan covid. Koordinasi dengan satgas provinsi diharapkan dapat dipulihkan seperti sebelumnya,” katanya sembari menjelaskan jumlah terkonfirmasi Covid-19 di Kabupaten Toba saat ini disebutkan 63 orang. (Jaya napitupulu)