Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Bikin Jumlah Penerima PBI Kurang di Simalungun, Diutamakan untuk Penyakit Kronis
SimadaNews.com-Ternyata, kebijakan Pemkab Simalungun mengurangi jumlah Penerima Bantuan Iuran (PIB) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, karena tarif pembayaran iuran atau premi mengalami kenaikan.
Hal itu diakuai Plt Kadis Kesehatan Simalungun dr Lidya Saragih MKes, melali Kabid Pelayanan dr Rudi Pangaribuan, ketika ditemui reporter SimadaNews.com di kantor Dinas Kesehatan, Selasa 14 Januari 2020.
Rudi menerangan, pada tahun sebelumnya Pemkab Simalungun menampung jumlah PBI sebanyak 86.200 orang. Namun untuk Tahun 2020 berkurang menjadi 30.323 orang.
Terjadinya pengurangan PBI karena adanya kenaikan pada pembayaran iuran atau premi BPJS hingga mencapai 100 persen.
“Sebelumnya iuran Rp21 ribu, naik menjadi Rp41 ribu. Atas kondisi itu, kita terpaksa mengurangi jumlah PBI untuk mengimbangi atau menyesuaikan anggaran yang sudah ditampung,” sebut Rudi.
Rudi menerangkan, bahwa sebenarnya PBI tidak gratis dari pusat. Tetapi, iuran ditanggung pemerintah tergantung kapasitas atau kemampuan anggaran yang ada.
“Kalau tadinya tidak terjadi kenaikan iuran, itu bisa kita tamping. Tetapi karena kenaikan premi mencapai hingga 100 persen, maka otomatis kita mengurangi karena keterbatasan anggaran,” akunya.
Rudi menyebutkan, terhitung tanggal 31 Desember 2019, kontrak antara Pemkab Simalungun dengan BPJS Kesehatan telah berakhir. Dan dengan adanya kenaikan premi pembayaran BPJS, perpanjangan kontrak harus melakukan pengurangan pada PBI berdasarkan pagu yang diterima. Dan selanjutnya diserahkan kepada pihak Puskesmas untuk menentukan siapa yang berhak mendapatkan.
“Jadi siapa-sipaa yang layak mendapatkan PBI, itu diverifikasi di Puskesmas. Di situ di entri datanya untuk kemudian diserahkan ke BPJS Kesehatan,” sebut Rudi.
Rudi menambahkan, dalam hal verifikasi penerima PBI diprioritaskan kepada orang yang berpenyakit kronik, karena penyakit kronislah yang sebenarnya membutuhkan biaya yang lebih tinggi.
Ini Penyebab Penyakit Kronik
Penelitian membuktikan, hampir separuh dari semua kematian akibat serangan jantung, stroke, dan diabetes, disebabkan karena pola makan yang buruk.
Pada Tahun 2002, sekitar 45 persen kematian karena “penyakit kardiometabolik”, termasuk penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Penyakit itu sangat dipengaruhi oleh apa yang dikonsumsi masyarakat.
Kesimpulan dihasilkan dari model yang dikembangkan para peneliti dan juga data dari beberapa hasil survei yang dilakukan pemerintah AS, serta hasil penelitian terkait pola makan.
Pola makan yang tidak sehat akan membuat kekurangan nutrisi yang dibutuhkan tubuh, kelebihan garam, gula, dan juga lemak. Kelebihan konsumsi garam diketahui menjadi penyumbang terbesar pada terjadinya penyakit kronik, diikuti dengan kekurangan konsumsi kacang-kacangan dan biji-bijian, terlalu banyak mengasup daging yang diproses, kurang makan sayur dan buah, serta kelebihan konsumsi minuman bergula. (snc)
Laporan: Robin Silaban
Editor: Hermanto Sipayung