SimadaNews.com – Sumarni – ibunda almarhum Youvanry Aldryansyah Purba (21) – ketika ditemui di Komplek Perumahan SD 2, Kelurahan Serbalawan, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, tidak mampu menahan air matanya untuk tidak mengalir.
“Saya merasa shock dan tidak menyangka hal itu menimpa anak saya, dan saya berharap keadilan terhadap apa yang dialami almarhum anak saya,” kata Sumarni kepada wartawan, Jumat (08/01/2021).
Dinyatakan Sumarni, “Saya minta keadilan dan hukuman yang setimpal, anak saya itu bukan binatang, sekalipun kalau dia mencuri, tidak sepantasnya mereka mencabut nyawa anak saya, jadi harapan kami berikanlah keadilan kepada kami supaya anak kami tenang di alam sana. Kalaupun katanya dia maling, ya seharusnya serahkan sama yang berwajib karena negara kita ini negara hukum.”
Apalagi ini katanya, “saya dengar, yang melakukannya seorang manager, pasti kan pikirannya sudah cerdas, minimal pendidikannya itu tinggi, dimanalah hati nuraninya, anak saya yang masih muda, dihabisi, sudah dihabisi dikeroyok diborgol lagi ditambah lagi saya dengar secruity membantainya, dimanalah hati mereka?”
SUDAH TIGA TAHUN ALAMI GANGGUAN JIWA
Sumarni pun memaparkan, bahwa almarhum Youvanry Aldryansyah Purba (21) yang meninggal di rumah salah seorang manager di PT Bridgestone Sumatera Rubber Estate Melangir, Nagori Dolok Merangir I, Kecamatan Dolok Batu Nanggar, pada Minggu (27/12) dini hari pagi sekira pukul 00.40 WIB yang lalu, sudah tiga tahun ini mengalami gangguan jiwa.
“Gimana ya, seperti orang gila itu,ya sudah mengalami seperti itulah dia, tetapi setahun belakangan ini, dia sudah sedikit berubah (membaik), cuma dia tidak pernah mau keluar rumah lagi, di dalam rumah aja sama kami, disuruh pangkas nggak mau. Nanti mau sampai berminggu-minggu nggak mandi, kurang mau dia bicara,” kata Sumarni.
Diceritakan Sumarni, karena keterbatasan biaya hidup, keluarganya tidak mampu membawa almarhum berobat ke tempat rehabilitas gangguan kejiwaan.
“Kami hanya mampu membawanya konseling ke klinik atau dokter saraf dan hanya mampu mendapatkan obat-obatan dari resep dokter. Dan sedikit ada perubahan dari sebelumnya setelah mengonsumsi obat resep dokter, namun tidak sembuh total, dan tetap saja kejiwaannya naik turun, kadang mau dikasih obat kadang tidak, jika dirinya merasa demam, mau diberi obat.”
Menurut Sumarni, ketika malam kejadian itu tidak ada firasat apapun mengenai anaknya dan ketika keluar rumahpun tidak permisi, atau bicara apapun sebab seperti biasa, hari-harinya dihabiskan dengan mendengarkan musik di kamar dengan volume suara yang kuat dan bising.
Diungkapkan Sumarni, sejak almarhum mengalami gangguan kejiwaan, membuat keluarga terpukul, apalagi bicara saja tidak mau.
Bahkan teman-temannya datang untuk mengajak almarhum bermain pun tidak mau. Pernah suatu saat almarhum keluar dari rumah ke Siantar dan berjalan kaki.
“Sudah lama sekali, pernah keluar rumah jam sembilan malam, jalan kaki ke Siantar dan bawa tas ransel, isi tasnya buku bekas, atlas, buku yasin kecil, photo-photo buleknya (tante), pokoknya buku yang sudah nggak penting-penting lagi. Dan semasa hidupnya tidak pernah mengganggu orang lain meskipun dalam kondisi gangguan kejiwaan dan bahkan tidak mau berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang lain,” kata Sumarni. (Saiun)