SimadaNews.com- Aksi demonstrasi yang digelar Aliansi Mahasiswa Sumatera Utara Bersatu di depan Gedung DPRD Sumatera Utara berakhir ricuh setelah aparat kepolisian melakukan tindakan represif terhadap massa aksi.
Aliansi yang terdiri dari PMII, HMI, IMM, HIMMAH, GMKI, GMNI, PMKRI, KAMMI, hingga BEM Nusantara menilai kericuhan bukan sekadar insiden spontan, melainkan diduga direkayasa oleh DPRD Sumut bersama aparat keamanan.
Menurut mahasiswa, absennya anggota dewan, khususnya Ketua DPRD Sumut Erni Ariyanti Sitorus, untuk menemui massa aksi menunjukkan sikap menutup diri sekaligus upaya mendelegitimasi gerakan mahasiswa.
“Selama menjabat, Ketua DPRD tidak pernah terlihat hadir langsung menerima aspirasi masyarakat maupun mahasiswa. Sikap ini mempertegas lemahnya komitmen DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat,” ujar perwakilan aliansi.
Ketua DPD GMNI Sumut, Armando Sitompul, menegaskan DPRD Sumut lebih memilih berlindung di balik aparat kepolisian ketimbang berdialog.
“Kami melihat DPRD sengaja bersembunyi di balik aparat, membiarkan mahasiswa dipukul dan mendapat tindakan represif hanya karena menyuarakan aspirasi,” ucapnya.
Atas insiden tersebut, mahasiswa menyatakan kekecewaan mendalam terhadap DPRD Sumut yang dinilai gagal menjalankan fungsi pengawasan dan justru diduga bersekongkol dengan aparat untuk meredam suara kritis. (SNC)
Laporan: Arif