Catatan | ingot simangunsong
DOLOK Simarbalatuk, terletak di wilayah Lingkungan III Bangun Dolok, Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, dengan ketinggian lebih dari 1.600 meter di atas permukaan laut (dpl).
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Darwis) Dolok Simarbalatuk Bangun Dolok, Hotlen Manik mengundang simadanews.com bersama pegiat wisata, Ober Saragih untuk melihat salah satu potensi destinasi wisata di Kabupaten Simalungun itu.
Perjalanan sekitar 1 jam 15 menit dari Kota Pematangsiantar menuju Bangun Dolok tersebut, sekalian membuktikan apa yang dikatakan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Simalungun, Resman Saragih, bahwa dari 32 kecamatan yang ada di Kabupaten Simalungun, 28 kecamatan memiliki destinasi wisata yang jika dikelola dengan baik, akan berdampak pada peningkatan penghasilan masyarakat.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Darwis) Dolok Simarbalatuk Bangun Dolok, Hotlen Manik
Hotlen Manik – yang merupakan putra asli Bangun Dolok dan pensiunan guru itu – membenarkan bahwa di Lingkungan III Bangun Dolok, sesungguhnya ada beberapa titik destinasi yang berpotensi untuk dikembangkan, yang dapat menggairahkan kembali pertumbuhan perekonomian masyarakat, yang saat ini berada dalam kondisi memprihatinkan setelah reformasi dengan resesi, serta ditambah dengan sebaran virus Covid-19.
Sesampai di Kota Turis, Parapat, untuk mencapai Bangun Dolok – jika kita datang dari Medan berada di sebelah kiri dan jika kita dari Balige berada di sebelah kanan – ada tiga jalan utama yang menjadi pintu masuk dan keluar, yakni dari simpang PLN, Terminal Parapat dan Sualan.
Kami memilih jalan masuk dari Simpang PLN menuju Bangun Dolok dengan posisi hampir di sepanjang jalan mendaki. Beberapa meter setelah jalan masuk, di sebelah kanan jalan, kelihatan Rumah Peribadatan Bukit Kebangkitan, Gereja Methodist Indonesia (GMI) yang bersebelahan dengan Vihara Budha.
Semakin menanjak ke ketinggian, selepas mata memandang ke arah kiri badan jalan, mulai kelihatan hamparan Danau Toba yang indah.
“Semakin naik ke atas, semakin melebar sudut pandang menikmati keindahan Danau Toba. Kita dapat melihat Kota Parapat, Pulau Samosir dan kawasan lainnya di pinggiran danau,” kata Hotlen Manik.
Lahan Camping Ground yang terlantar, dan diharapkan masyarakat dapat difungsikan kembali.
FUNGSIKAN KEMBALI CAMPING GROUND
Nada panggil di handphone Hotlen Manik berbunyi, terjadi dialog, dimana Hotlen meminta agar kami ditunggu di kawasan Camping Ground, yang di tahun 1982 dijadikan sebagai area penyelenggaraan Jambore Nasional (Jamnas) Pramuka.
“Kita sudah ditunggu warga Kelompok Darwis di Camping Ground,” kata Hotlen Manik kepada kami.
Tidak begitu jauh, di depan kami kelihatan beberapa orang berdiri di pinggiran jalan. Hotlen Manik menghentikan mobil, kami pun turun.
Foto dokumentasi, Jambore Nasional Pramaku tahun 1982 di Camping Ground, Bangun Dolok.
Kami sudah ditunggu Lindung Manik (Kepala Lingkung III yang baru terpilih pada Januari 2021, dan sedang menunggu Surat Keputusan dari Camat Girsang Sipangan Bolon) dan Muden Sinaga (tokoh masyarakat), yang keduanya sebagai pegiat wisata pada Kelompok Darwis Dolok Simarbalatuk, Bangun Dolok. Sama seperti Hotlen Manik, Lindung Manik dan Muden Sinaga, juga mengenakan kaos lengan panjang yang di bagian depan kaos itu tertera logo Kelompok Darwis.
“Camping Ground ini menyimpan kenangan yang sangat luar biasa, karena disinilah para pramuka dari seantero Nusantara menggelar Jambore Nasional. Pada masa itu Bangun Dolok menjadi pusat perhatian, perekonomian masyarakat bertumbuh karena adanya transaksi jual beli, apakah itu makanan maupun souvenir,” kata Hotlen Manik.
Menurut Kepala Lingkungan III terpilih, Lindung Manik, masyarakat Bangun Dolok – yang 48 kepala keluarga – mendambahkan Pemerintah Kabupaten Simalungun, dapat memfungsikan kembali Camping Ground.
“Kita menginginkan hal itu dapat terwujud, karena sudah cukup lama terbengkalai, bahkan lahan tersebut kini ditanami warga dengan pohon kopi dan coklat, bahkan sudah ada yang mendirikan rumah tinggal,” kata Lindung Manik.
Diungkapkan Hotlen Manik, jika Camping Ground difungsikan, di samping dapat dimanfaatkan untuk kegiatan kepramukaan atau kemah keluarga, kemudian tempat ini akan menjadi kawasan nostalgia bagi pramuka yang ikut Jambore Nasional di tahun 1982,” kata Hotlen Manik yang juga menjelaskan bahwa luas lahan Camping Ground itu mencapai 10.000 m2 lebih.
Muden Sinaga menunjukkan foto dokumentasi Jambore Nasional Pramuka 1982
Diungkapkan Lindung Manik, dari hasil musyawarah masyarakat, sudah beberapa kali permohonan memfungsikan kembali Camping Ground, diajukan kepada pemerintah, baik itu kelurahan maupun kecamatan dan kabupaten.
“Tetapi, tidak mendapatkan tanggapan hingga sekarang ini. Kita berharap pada masa kepemimpinan Radiapoh Hasiholan Sinaga sebagai Bupati Kabupaten Simalungun, permohonan kami ini dapat menjadi pertimbangan,” kata Lindung Manik.
Hotlen Manik juga menegaskan, jika Camping Ground berfungsi kembali, akan berdampak pada meningkatnya penghasilan masyarakat, khususnya yang 48 kepala keluarga, dan secara umum para pelaku usaha di Kota Turis Parapat. ***