SimadaNews.com– Partunggulan Sianturi, ditemukan meninggal dunia di Warung Tuak (Pakter) berlokasi di Jalan Pantai Timur, Kelurahan Siopat Suhu Kecamatan Siantar Timur, Senin (29/1).
Informasi diperoleh di lokasi penemuan, sebelum ditemukan meninggal. Pria berumur 53 tahun itu memang tidur di pakter milik Si Mata Elang itu.
Menurut pemilik pakter M Hasiholan Siallagan (48), pria yang masih melajang itu, tertidur setelah minum tiga gelas tuak pada Minggu (28/1) siang sekitar pukul 13.30 WIB.
“Siang dia datang. Padahal kedai belum buka. Setelah kedai buka pada petang hari, dia pesan tiga gelas tuak,” aku Siallagan.
Gelas pertama, lanjut Siallagan, langsung diminum hingga habis satu teguk. Namun tidak begitu lama setelah minum tuak, Partunggulan mulai menghela nafas memperlihatkan raut wajah kesakitan.
“Lalu dia muntah-muntah, dan buat air besar di celana,” kata Siallagan.
Melihat kondisi itu, pengunjung warung kaget dan menyarankan Partunggulan pulang ke rumah dan ditawarkan supaya diantar Siallagan. Tapi saran itu ditolak Parlunggutan, dan memilih tidur di lantai warung dengan kondisi bertelanjang dada.
Siallagan menuturkan, Parlunggutan tertidur pulas hingga malam hari dan membuat pengunjung lain memilih berpindah tempat minum di sisi lain dari warung itu.
“Sudah disuruh pulang tapi tak mau. Disuruh tidur di salah satu kamar yang kosong di warung juga nggak mau,” aku Siallagan.
“Senin subuh sekitar pukul 06.00 WIB, masih terbangun dia. Dia menggedor pintu membangunkan kami, lalu meminta segelas air putih. Sempat lagi kutawarkan supaya tidur di dalam rumah. Tapi tetap tidak mau,” katanya lagi.
Siallagan menambahkan, setelah meminta air, Parlunggutan kembali tidur di tempat semula. Dan betapa terkejutnya, sekitar pukul 09.00 WIB, pelanggannya itu ditemukannya sudah tidak bernyawa. Melihat itu, dia langsung minta tolong kepada warga lain, yang selanjutnya sebagian ada menghubungi keluarga korban.dan pihak kepolisian.
Informasi lain diperoleh, sebelum datang ke kedai tuak, Partunggulan diketahui sudah datang dalam keadaan mabuk. Selain itu, dirinya selama ini juga dikenal sebagai peminum tuak.
Kehidupan sehari-hari dijalani bekerja serabutan. Belakangan, Ia tinggal dirumah saudar perempuanya di Tiga Dolok, Kabupaten Simalungun, bekerja sebagai montir dibengkel. Tetapi sekali seminggu, Partunggulan selalu mampir ke warung Si Mata Elang.
“Kenal kami sama dia. Orangnya baik, hancur demi kawan. Peminum. Tadi malam sudah kami bilang supaya dia diantar pulang naik becak. Tapi dia nggak mau,” kata salah seorang pria bermarga Aritonang, penikmat tuak di kedai Si Mata Elang. (uis/mas/snc)