SimadaNews.com-Tidak terima dengan aksi penggerebekan yang dilakukan tim Poldas Sumut, ratusan warga Nagori Silandoyung dan Nagori Silou Paribuan,, Kecamatan Silou Kahean, berunjuk rasa ke kantor PTNN III Kebun Silou Dunia, Kamis (25/1).
Saat menyampaikan pernyataan, masyarakat protes atas penangkapan yang dilakukan pihak kepolisian yang diduga karena adanya laporan dari pihan manajemen PTPN III Silou Dunia.
Didampingi sejumlah tokoh masyarakat antara lain, Julister Saragih, Ali Muktar, Samiranto Saragih, Jarmen Girsang, disebutkan bahwa sikap yang dipertontonkan pihak kepolisian sudah membuat resah masyarakat.
Tidak berapa lama di halaman kantor, masyarakat diterima perwakilan PTPN III Kebun Silou Dunia Azril dan sejumlah staf.
Saat pertemuan di ruangan kantor kebun, masyarakat menyampaikan bahwa penangkapan yang dilakukan pihak kepolisian terlalu membabi buta dan tidak mengetahui apa dasar penangkapan.
Mereka tidak terima dengan aksi penangkapan tersebut karena banyak buah sawit milik petani yang diamankan. Selain itu, ada juga sejumlah orang yang tidak bersalah digelandang pihak kepolisian.
Masyatakat menegaska, aksi unjukrasa akan terus berlanjut apabila tidak ada solusi yang diberikan pihak perkebunan.
Masyarakat meminta, supaya pihak perkebunan memfasilitasi penyelesaian masalah dengan pihak Poldasu.
Selain itu, masyarakat juga mempertanyakan kebijakan penangkapan yang hanya tertuju pada gudang sawit tertentu milik masyarakat.
Menyikapi tuntutan masyarakat, perwakilan PTPN III Kebun Silou Dunia mengatakan, permasalahan penangkapan yang dilakukan pihak Poldasu sama sekali tidak diketahui manajemen.
Dimungkinkan, penangkapan merupakan hasil pengembangan persoalan narkoba. Dan dalam penyelesaian masalah, pihak perkebunan akan membantu memfasilitasi kepada pihak Poldasu supaya warga yang tidak terbukti bersalah, supaya dilepaskan.
”Begitu pun, kita tidak bisa mengintervensi proses hukum yang akan dilakukan pihak Poldasu,” kata Azril, perwakilan PTPN III Kebun Silou Dunia.
Mendapat jawaban dari pihak perkebunan, akhirnya masyarakat dua nagori itu membubarkan diri dengan tertib. (mas/snc)