Begitu pentingnya pemilih pemula, begitu pentingnya kaum terpelajar untuk menentukan pemimpinnya 5 tahun mendatang.Sehingga ironis dan aneh, jika pemilih pemula dan kaum cerdik pandai tidak memilih padahal pemilih tersebut sangat berdaulat.
”Artinya. hanya diri kita sendiri yang menentukan pemimpin kita bukan oranglain. Oleh karena itu sangat disayangkan mahasiswa sebagai kaum intelektual masih ada yang apatis dan tidak mau datang memilih,” ujarnya.
Menurutnya, sebagai kelompok yang memiliki idealisme tinggi, pemuda mempunyai posisi kuat. Posisi yang tidak mudah digoyahkan, posisi yang independen dan merdeka. Sebagai pemuda yang peduli akan tanah kelahiran, sudah semestinya pemuda tidak lagi menjadi penonton yang baik, yang siap menerima setiap keputusan yang ada.
Dia menambahkan, pemuda hendaknya mempunyai rasa tanggung jawab atas siapapun pemimpin yang akan terpilih. Baik dan buruknya pilihan, itu tergantung pada pemilih itu sendiri.
”Apabila pemuda tidak berperan, akan sangat mudah bagi para pemimpin terpilih untuk mendikte serta membuat kebijakan hanya menguntungkan diri pribadi mereka sendiri tanpa berpihak kepada rakyat. Apakah pemimpin seperti ini yang kita inginkan?. Jangan sampai posisi yang amat strategis di pemerintahan ini selalu dijadikan lahan basah, demi untuk meraup keuntungan pribadi semata,” sebut Swangro.
Dia menambahkan, para pemuda benar-benar datang ke TPS dan benar-benar menggunakan hak pilihnya.
“Ayo memilih, ayo menjadi pemilih cerdas. Kalaulah bisa, kaum intelektual juga mampu mengajak pemilih pemula yang lain untuk datang ke TPS berpesta demokrasi bersama untuk memberikan haknya. Kita wujudkan Sumatera Utara yang lebih baik lagi. Pemilih berdaulat, negara kuat,” pungkasnya.