SimadaNews.com-Harga cengkeh yang anjlok sejak dua bulan terakhir, mengakibatkan para petani cengkeh mengeluh dan merugi. Kondisi itu berdampak terhadapat menurunnya minat petani cengkeh mempertahankan tanaman cengkeh dan beralih ke tanaman lain.
Effendi Bakkara (52), petani Cengkeh di Repa, Kelurahan Sipolha, Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun, mengaku sudah bertani cengkeh sejak tahun 1978.
Dia menuturkab, daerah Repa Sipolha, Tambun Raya dan Samosir terdapat ratusan hektar hamparan perladangan cengkeh dan merupakan salah satu lumbung cengkeh di Sumut. Sayangnya, banyak petani sudah menelantarkan tanaman cengkeh karena harga yang anjlok.
“Dari tahun tahun sebelumnya, harga cengkeh terbilang stabil. Kondisi anjloknya harga cengkeh ini sudah dikeluhkan banyak petani. Beberapa dari petani sudah ada menelantarkan bahkan menebangi pohon cengkeh mengganti dengan tanaman lain,: aku Efendi.
Dia menjelaskan, proses pemanenan tanaman cengkeh terbilang rumit, menjadi tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan petani.
“Untuk 1 Kg cengkeh kering, membutuhkan 3 hingga 3,5 Kg hingga kilogram cengkeh basah. Sementara setiap 1 orang tenaga kerja, paling maksimal bisa memanen 10 Kg cengkeh mentah dengan bayaran Rp7 ribu per Kg. Belum lagi biaya konsusmsi pekerja. Hasilnya sangat minim bagi petani,” keluh Effendi.
Dia mengungkapkan, kini harga cengkeh kering hanya Rp67 ribu per KG, turun dari sebelumnya Rp100 ribu per Kg.
Hal senada disampaikan B. Ambarita (54) warga Ujung Mauli, Kelurahan Sipolha. Dua mengaku terpaksa mengkonversi tanaman cengkehnya menjadi tanaman kopi.
“Cengkeh sudah mulai tidak menguntungkan lagi, agar tidak semakin merugi, saya terpaksa menebang sebahagian cengkeh dan menggantinya dengan tanaman kopi. Hasilnya, tentu lebih menguntungkan,” ujarnya. (snc)
Editor: Hermanto Sipayung