SimadaNews.com-Ratusan warga Rambung Merah didampingi pengurus Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), melakukan unjukrasa di depan gerbang pabrik milik PT Mitra Beton Abadi (PT MBA) dan CV Mitra Abadi Nusatar (MAN).
Mereka meminta, supaya pabrik yang lebih dikenal dengan sebutan Pabrik Obor itu, ditutup. Sebab keberadaan pabrik sudah membuat masyarakat Rambung Merah menderita.
”80 persen anak Rambung Merah usianya di bawah 10 tahun, rentan terserang Ispa. Anakku dan anak tetangga sudah terkena Ispa. Bahkan ada warga berobat hingga ke Penang karena penyakit itu,” kata Irna Damanik saat berorasi.
“Sudah dua tahun sampai sekarang kita belum mendapatkan dokumen jelas dari Badan Lingkungan Hidup Simalungun. Kita menduga tidak ada izin resmi pabrik aspal MBA,” tegas Irna lagi.
Irna mengakui, mereka sekarang sedang menjalani sidang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) di Medan terkait permintaan izin PT MBA dan CV MAN.
“Kita akan mendapatkan dokumen Obor. Kita lihat siapa saja nanti yang terlibat,” kata Irna melalui pengeras suara.
Warga lainnya Henri PK Manurung, menyebutkan warga Rambung Merah benar-benar marah dengan keberadaan PT MBA. Sebab, perusahaan itu sudah membuat warga menderita.
“Ispa, jalan rusak, bising, selalu menghantui warga. Jadi pantas kami marah,” tegasnya.
Pada kesempatan itu juga, warga bersama Walhi Sumut membuat petisi tolak PT.MBA dan CV.MAN.
Beberapa warga yang juga menyebutkan, bila musim hujan jalan dan pemukiman bagaikan kubangan dan banjir. Saat musim panas atau kemarau, maka udara tercemar debu yang sangat parah.
“Bagaimana kami tak marah. Bayangkan saja, sejak jalan kita rusak sudah tidak nyaman kami lewat,” keluh warga.
Sedangkan dalam pernyataan sikap yang dibuat di selebaran dan dibagi-bagi di lokasi aksi, disebutkan masyarakat Rambung Merah menolak keberadaan PT MBA dan CV MAN.
Sebab diketahui, perusahan itu tidak menjalankan aturan terkait dokumen publik seperti Analisis Dampak Lingkungan Hidup (Amdal). Dan ironisnya, pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) juga tidak peduli.
“Sudah 3 tahun kami berdiam diri. Namun PT MBA dan CV MAN tidak mengerti, tentang jalan di desa ini. Jalan rusak karena truk-truk yang bertonase kelebihan , dan akibat jalan rusak menyebabkan polusi udara,” kata Koordinator Aksi Okto Hutagaol.
Pantauan SimadaNews, meskipun cuaca panas, masyarakat masih berunjukrasa. Saat berunjukrasa mereka juga membawa alat musik dan sempat melakukan aksi menanam pohon pisang di jalan yang rusak di Jalan H Ulakma Sinaga.
Para pendemo itu didominasi kaum ibu-ibu dengan lantangnya meneriakkan; “Obor Harus Ditutup”.
Disela sela aksi unjuk rasa warga, tampak sempat terlihat pria mengaku Humas PT MBA dan CV MAN.
Pria mengaku marga Sirait itu, menemui masyarakat dan hendak memberikan penjelasan. Tetapi permintaan Sirait, langsung ditolak para pengunjukrasa.
”Rakyat tidak butuh penjelasan maupun negoisasi. Tuntutan warga sudah jelas dan tidak bisa ditawar,” tegas Otto Hutagaol kepada Sirait. (tri/mas/snc)