SimadaNews.com-Tim pemenangan calon Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin, diminta waspada dan hati-hati atas konsfirasi empat pihak yang memungkinkan bisa membuat pasangan Koalisi Indonesia Kerja itu, mengalami kekalahan di Pilpres 2019.
Menurut Inisiator Gerakan Daulat Desa (GDD) Sabar Mangadoe, empat pihak yang berkonspirasi sengaja mengambil keuntungan atau memperkeruh situasi politik yang saat ini dilakukan operator profesional menggandeng tiga kekuatan.
Tiga kekuatan itu, yakni pebisnis hitam yang tidak bisa melakukan korupsi karena kebijakan Jokowi selama ini. Kemudian ada politisi busuk, dan tokoh yang mendukung aktivitas radikalis.
“Pendapat itu pernah disampaikan Dr. Asvi Warman Adam pada Juni 2017 saat menjadi pembicara di Balai Sarwoni, Jakarta,” kata Sabar, mengisahkan hasil diskusi itu.
Dia menyebutkan, menjadikan sebanyak-banyaknya kelompok relawan pendukung Jokowi sebagai pasukan bebek selfi, adalah sebuah strategi politik yang sangat mungkin didisain dan diikuti oleh kubu itu.
Lanjut pria yang juga inisiator Kebajikan Pancasila bersama Gus Solah dan tokoh nasional lainnya, pasukan bebek selfie adalah sebuah istilah kelompok yang menamakan atau melabelkan diri sebagai relawan, namun pergerakannya didominasi secara instagramable.
”Didominasi dengan cara berfoto selfie, dan kemudian diupload di dunia sosial media, namun secara real di grass root, cara-cara itu tidak berdampak pada penambahan suara. Malah justru memperlebar jurang perbedaan, dan membenturkan,” sebut Sabar.
Disisi lain, ungkap alumni ITB ini, ada kelompok para pengangon pasukan Bebek Selfi yang sebagian besarnya adalah kaum Politisi, yang memperjuangkan kepentingan politik dirinya, ataupun kroni-nya sendiri.
”Bukan utamanya untuk mendukung Jokowi. Kaum politisi jenis ini motifnya adalah hanya mendompleng (menunggangi) sosok Jokowi yang luar biasa ini. Bukan mendukung Jokowi, tengoklah nanti dengan seksama,” kata Sabar.
Pria lulusan ITB ini mengungkapkan, kerumitan diperparah lagi dengan Pileg dan Pilpres yang dilakukan serentak 17 April 2019. Kemudian ditambah kemampuan mereka untuk menjadikan gerombolan cebong secebong-cebongnya dan kampret, sekampret-kampretnya. Dengan demikian, maka strategi yang bersifat rahasia dan dadakan dari mereka akan sangat efektif dijalankan.
Strategi yang dijalankan kubu yang tidak menyenangi Jokowi, yakni melakukan strategi pengalihan isu dan De Vide et Impera (Pecah Belah dan Adu Domba) terlebih dahulu. Kemudian pada saat yang tepat, mereka akan lakukan serangan besar-besaran, yang bersifat rahasia dan dadakan.
”Mereka itu petarung yang memiliki motto ”“Kami Lihat, Kami Datang, Kami Serang, Pasti Kami Menang” Dan itu sudah mereka lakukan di Pilgub Jakarta 2017 dan Pilgub Sumut 2018, mereka menang besar. itu fakta politik,” ucap Sabar mengingatkan.
Sabar berharap, tim pemenangan yang dipimpin Erick Thohir dan para pengurusnya, segera merumuskan strategi dan kontra strategi menghadapi konspirasi empat pihak jahat itu.
”Mereka, konspirator-konspirator itu sudah bekerja terlebih dahulu secara Terstruktur, Sistemik, Masif (TSM), dan didukung oleh sumber dana yang relatif tak terbatas, dan dengan kualitas Petempur Politik yang mumpuni. Lantas, bagaimana dengan kualitas Petempur Politik di kubu kebaikan, kebangsaan? Semoga saja semakin berkualitas, dan menemukan ramuan jitu sebagai strategi maupun kontra strategi politik terhadap situasi yang terus berkembang dan yang terus berdinamika,” pungkas inisiator Rumah Gotong Royong (@RGR) ini. (manto/snc)