SimadaNews.com – Suwantri (32) warga Dusun Vll Taman Sari, Desa Perkebunan Limapuluh, Kecamatan Limapuluh, Kabupaten Batubara, penyandang disabilitas hanya bisa pasrah dalam menjalani kehidupannya.
Suwantri tidak dapat berjalan normal, hanya merangkak layaknya bayi baru belajar jalan. Berbicara pun tidak jelas.
Kondisi fisik Suwantri, anak bungsu 8 bersaudara dari pasangan Samen (77) dan Wariyem (67) mengalami cacat lahir dan kedua kakinya lemah bahkan tangan kirinya tidak berfungsi dengan baik.
Ditemui wartawan di kediamannya, Selasa (09/03/2021), Samen mengatakan, putranya punya kursi roda bantuan dari pemerintah tapi sudah usang dan tidak layak pakai lagi.
Diungkapkan Samen, saat ini mereka juga, tidak lagi dapat bantuan PKH dari pemerintah. “Dulu dapat bantuan dari pemerintah Rp700 ribu,” katanya.
Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, Samen hanya mengharapkan penghasilan coklat dari beberapa pohon saja, kadang dapat 2 kg, kadang 3 kg dalam 3 minggu sekali bahkan bisa 1 bulan sekali dijual dengan harga tak menentu.
“Kadang Rp10.000/kg, kadang Rp14.000/kg serta beberapa ayam yang sudah besar dijual untuk membeli beras dan ikan asin,” kata Samen.
Terkadang diberi uang anaknya yang telah berkeluarga tapi tidak menentu waktunya bahkan menurut Wariyem sangat jarang.
“Kalau dari anak ya bagaimana, mereka memberi. Kalau dikasih ya Amin karena mereka kan punya keluarga juga. Kalau tidak dikasih ya tak apa-apa. Anak juga jarang mengasih,” kata Wariyem.
“Nek aku saiki pak pengarep-arep iso mangan sabendino,ora niko-niko (kalau saat ini pak, saya hanya berharap bisa makan setiap hari tidak macam- macam),” kata Wariyem berlinang air mata dengan logat Jawanya. (Martua Nainggolan)