SimadaNews.com-Justinus Sinaga, supir grab korban pembunuhan dikenal baik dan ramah kepada warga kawasan perumahan yang ditempatinya. Meskipun pendiam, Justinus dikenal sosok yang baik dan sayang kepada keluarganya.
Keluarga Justinus, sejak menikah dengan Maria Maghdalena Situmorang pada Tahun 1993, sudah tinggal di Jalan Beji Pladen, Kelurahan Situ Pladen, Beji-Depok. Dan warga mengetahui pria asal Siantar itu, setiap pagi mengantar anaknya sekolah di TK Kawasan Pancoran Mas.
Situmorang (45) kakak ipar Justinus menceritakan, sebelum bekerja sebagai sopir taksi online, Justinus lama bekerja sebagai sopir angkot 04 dengan trayek jurusan Depok Timur-Pasar Minggu.
Justinus bergabung menjadi mitra Grab sejak Tahun 2015. Mobil yang dipakai Avanza warna hitam itu yang dibeli sejak Tahun 2013.
Kata Situmorang, meskipun sosok Justinus cukup pendiam, tapi sangat dekat dan menyayangi keluarganya terutama anaknya. Bahkan setiap pulang kerja, Justinus sering membelikan makanan untuk anaknya.
“Dia itu cukup pendiam, tapi sangat ramah, sayang sama keluarga. Tiap pulang narik juga sering beli makanan, kadang buah-buahan,” ujar Situmorang.
Fahrul, salah seorang rekan Justinus sesama supir taksi online, mengaku pernah beberapa kali bertemu dengan Justinus di salah satu tempat berkumpul sesama sopir taksi online.
“Pernah beberapa kali ketemu sama Justinus. Orangnya ramah, tapi kadang pendiam juga,” sebutnya.
Fahrul menambahkan, mengenai jam kerja antar sesama sopir taksi online sendiri sudah ada semacam kesepakatan bahwa apabila ada orderan penumpang di atas pukul 22:00 malam ke daerah Bogor maka patut dicurigai.
“Sebenarnya teman-teman disini juga sudah pada ngerti. Banyak juga yang sering nganter ke Bogor. Tapi kalau misalkan ada orderan di atas jam 10 malam, apalagi nganternya jauh ke Bogor ujung sana patut dicurigai. Kalau sudah jam segitu ya rawan juga.Mungkin si abang waktu dapat orderan jam segitu tetap diambil,” ujar Fahrul.
Ketua RT 07 Situ Pladen Marsugi (48) menjelaskan, Justinus termasuk orang yang pendiam namun cukup ramah. Beberapa kali ia bertatap muka ketika Justinus lewat depan rumahnya setelah pulang bekerja.
“Dia cukup pendiam ya, tapi ramah kalau ketemu, sering negur juga. Biasanya kan pulang malam, jalan ke rumahnya kan lewat jalan depan rumah saya juga. Kebetulan depan rumah saya kan ada Poskamling suka rame jadi tempat berkumpul warga sekitar sini. Kalau si abang pulang narik kan bawa mobil yang warna hitam, pas ketemu ya negur kadang ngobrol sebentar,” imbuh Marsugi.
Jenazah Justinus ditemukan Senin (5/3) dalam kondisi mengenaskan. Ia tewas dalam kondisi tangan dan kaki terikat di lereng gunung Halimun Salak, Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Bogor.
Jenazah dibawa ke kampung halamannya di Jalan Bah Lias Kelurahan Sigulanggulang, Kecamatan Siantar Utara. Dan dimakamkan, di pekuburan di Jalan Pdt J Wismar Saragi Kota Siantar, Rabu (7/3) sore.
Sewaktu jenazah Justinus tiba di rumah duka, tangisan histeris keluarga pecah. Mereka seakan tidak percaya Justinus meninggal dengan kondisi mengenaskan, apalagi selama ini sosok Justinus dikenal baik kepada keluarga dan teman-temannya.
Dan informasi terakhir, lima dari tujuh pelaku pembunuhan terhadap Justinus sudah berhasil ditangkap pihak kepolisian. Bahkan, tiga pelaku yang hendak ditangkap terpaksa ditembak oleh personel polisi. (mas/snc)
sumber:rangkumandarikriminologiiddankumparancom