Sebagai bagian upaya menjaga keseimbangan produksi dan permintaan, Ditjen PKH akan mengoptimalkan tim analisa dan tim asistensi serta tim pengawasan dalam mendukung pelaksanaan Permentan 32 tahun 2017. Terkait hal ini Ditjen PKH pun secara periodik menganalisis supply-demand ayam ras dan secara rutin menyelenggarakan pertemuan antara peternak dengan pemerintah dan juga dengan para stakeholders ayam ras terkait.
Langkah berikutnya, Ditjen PKH menghimbau agar para perusahaan integrator untuk terus meningkatkan ekspornya. I Ketut Diarmita menyebutkan, kondisi produksi daging ayam nasional pada saat ini sudah swasembada, harus terus dipertahankan dan digenjot terus untuk meningkatkan ekspornya ke beberapa negara baik dalam bentuk DOC maupun produk olahan.
I Ketut Diarmita meminta kepada para pedagang (bakul) untuk ikut menjaga kestabilan harga.
“Saya juga meminta kepada Satgas Pangan untuk mengawasi perilaku para broker dan bakul agar harga secepatnya stabil. Saya berharap mulai Senin tidak ada lagi harga ayam hidup di bawah harga acuan Kemendag,“ ucap I Ketut Diarmita.
Dr. Trioso Purnawarman selaku Ketua Tim Analisa Penyediaan dan Kebutuhan Ayam Ras dan Telur Konsumsi menyampaikan, analisis supply-demand selalu dilaksanakan secara periodik, dan tidak ada over supply terhadap DOC Final Stock.
“Kami sudah mengantisipasi over supply yang terjadi tahun 2018 sehingga sudah dilakukan pengurangan GPS (Grand Parent Stock) pada tahun ini. Jadi saya bisa pastikan yang diproduksi hingga bulan Maret ini tidak ada over supply,” jelas Trioso.
Trioso menenggarai menurunnya harga ayam karena terjadi penurunan demand. Salah satu faktornya adalah kampanye pemilu.
“Kampanye pemilu ternyata tidak secara linier berdampak terhadap peningkatan demand,” sebutnya. (rel/snc)