SimadaNews.com-Bila anda melintas dari jembatang penghubung Jalan Wahidin-Pematang, tepat di ujung gang setelah jembatan itu, tampak satu rumah yang mungkin membuat anda bertanya.
Ya, rumah itu dihiasi berbagai poster bertuliskan berbagai kata-kata mengkritik pemerintah. Poster yang terbuat dari karton berbagai warna itu, terpampang dibiarkan begitu saja oleh pemilik rumah.
Selain dihiasi poster, dinding rumah juga banyak tulisan-tulisan protes atas ketidak adilan yang dinilai dilakukan pemerintah.
Mugkin bagi sejumlah orang. Membuat rumah dihiasi berbagai poster adalah pekerjaan yang kurang waras. Tapi tidak dengan Sunar Damanik (52).
Bagi pemilik rumah itu, tulisan-tulisan yang dibuatnya itu merupakan ungkapan nyata dari rakyat kecil dan bahagian dari seni.
Ya, Sunar Damanik sejak masa kuliah dulu di Unisba Bandung sudah aktif di dunia seni. Dan karya seni itu menurutnya harus diaplikasi ke dunia nyata, baik dari tulisan, ukiran dan lainnya.
Bukan hanya tulisan di poster yang terlihat di rumahnya. Benda-benda seni hasil karya berupa vas bunga, ukiran, arca tangan dan berbagai benda lainnya ada di rumah itu. Dan barang-barang itu, sebahagian sudah dijualnya dengan berkeliling di Kota Siantar.
Sunardi mengaku, dia masih tetap menjadi seniman jalanan. Dan itu sudah dilakoni sejak lama untuk menghidupi keluarganya.
Waktu berbincang-bincang dengan SimadaNews, Rabu (7/2). Dia menyebutkan, sejak menempuh pendidikan di Bandung, dia banyak menjalani kisah yang kelam. Dan poster-poster yang dibuatnya merupakan, sebagai bentuk kekecewaan yang dirasakannya dahulu sewaktu aktif di dunia pergerakan mahasiswa.
“Banyak janji reformasi dan pemerintah saat ini tidak sesuai. Dan rakyat tetap menjadi korban,” kata Sunar.
Sunar berharap, pemerintah memperhatikan rakyat kecil khususnya para seniman. Sebab, banyak potensi yang dimiliki seniman tapi tidak bisa dikembangkan karena minimnya perhatian pemerintah. (bch/mas/snc)