Menurut Ismail, berdasarkan pantauan pihaknya panen bawang merah cukup melimpah di berbagai sentra. Sampai akhir Maret ini Brebes ada panen 2.100 hektar, Cirebon 700 hektar, Bima 400 hektar, Bandung 800 hektar, Solok 600 hektar.
Kemudian, awal April disusul panen Demak 1.370 hektar, Pamekasan 1.500 hektar, Pati 600 hektar, Bandung 580 hektar, Kendal 150 hektar. Total Maret-April sekitar 12 ribu hektar di 20 kabupaten sentra.
“Cukup bahkan lebih untuk kebutuhan warga Jakarta yang diperkirakan 3.000 ton per bulan atau cukup 300 hektar,” bebernya.
Terkait hal ini, Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), Juwari membenarkan saat ini harga bawang merah membaik. Juwari pastikan harga seperti ini tidak akan berlangsung lama. Pasalnya, hari ini saja sudah turun Rp 3.000 per kilogram di Pasar Induk dibanding harga kemarin.
“Kami sebagai petani juga tidak ingin harga melonjak terlalu tinggi karena kami selain petani juga sekaligus konsumen,” ujarnya.
Juwari mengakui memang beberapa hari ini pasokan ke Kramat Jati sempat berkurang dari normalnya 25 sampai 30 truk, hanya masuk 15 hingga 20 truk. Namun di tempat lain yakni Sumatera, harga bawang merah lagi bagus.
“Artinya soal pasokan berkurang ini hanya sementara, karena daerah-daerah sentra termasuk Brebes akan segera menyusul panen,” terangnya.
Akad, petani Nganjuk sekaligus champion bawang merah tidak menampik kenaikan harga tersebut. Menurutnya tidak apa-apa asal petani menikmati harga baik sekarang.
“Karena kenaikan harga ini tidak akan lama dan nanti juga turun lagi. Apalagi puasa dan lebaran nanti dijamin aman,” jelasnya.
Akad juga mengingatkan kerugian petani bawang saat harga jatuh. Sehingga yang perlu dipertanyakan mengapa dari petani cuma Rp 20 ribu per kg, masuk pasar Jakarta bisa jadi Rp40 ribu per Kg.
“Dari dulu kan masalahnya disitu,” pungkasnya. (rel/snc)