SimadaNews.com-Guna Pengembangan dan Pemantapan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDT) Aek Nauli menjadi kawasan Ekowisata, Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Aek Nauli menggelar Fokus Group Discussion (FGD).
FGD ini diadakan di Aula KHDTK Aek Nauli, Kec. Girsang Sipangan Bolon, Kab. Simalungun, Rabu (17/7).
FGD bertujuan membahas Penerapan Iptek Pengembangan Ekowisata KHDT Aek Nauli ini dimoderatori oleh Prof. M. Bismark.
Sebelum FGD dimulai, dalam sambutannya, Prof. M. Bismark melihat bagaimana berkembangan pariwisata di KHDTK yang dikelola oleh BP2LHK ini telah menjadi salah satu tujuan wisata yang disusun dalam konsep ekowisata telah berkembang dan memiliki pasar tersendiri.
Disebutkannya, pengembangan ekowisata Aek Nauli merupakan program berkesinambungan dengan program nasional yaitu Pengembangan Destinasi Wisata Danau Toba.
“Meningat KHDTK Aek Nauli yang merupakan pintu masuk dari beberapa kota menuju Danau Toba, maka penting untuk dilakukan pengembangan ekowisata di KHDTK. Konsepnya, tentu dalam rangka mendukung pengembangan pariwisata Danau Toba, maka nantinya KHDTK ini akan menjadi miniaturnya,” ujar Prof. Bismark.
Lanjutnya, KHDTK saat ini berada dalam posisi terbaik untuk pengembangan ekowisata Danau toba. Hal ini menjadi dasar perlunya dilakukan FGD untuk merumuskan konsep konsep dan proses pengembangan wisata dengan mengedepankan kakayaan alam, aneka satwa, nilai nilai estetika dan bioversity yang terkandung pada lahan KHDTK Aek Nauli seluas 1.900 Ha. Lahan ini merupakan salah satu hutan lindung penyangga air bagi bagi Danau Toba.
“Dari FGD ini diharapkan masukan masukan dari seluruh peserta sehingga bisa membantu kami dalam menetapkan program program dan menjadi dasar pengembangan Konsep Pariwisata di KHDTK ini,” paparnya.
Kepala KHDTK Pratiara, S.Hut, Msi dalam paparannya menyebutkan, bahwa ekowisata di KHDTK Aek Nauli sudah memiliki market tersendiri. Sasaran utamanya adalah pelajar, pecinta alam dan perguruan tinggi. Hal ini menjadi kelebihan tersendiri jika dibandingkan dengan wisata air dan religi yang disajikan secara umum di kawasan Danau Toba.
“Sejak tahun 2017 sudah berjalan wisata edukasi meski masil kecil jumlahnya, sesuai aturan yang ada. Kedepan akan kita fikirkan juga bagaimana menggiring regulasinya terkait banyaknya kunjungan dan potensi pemasukan sumber pendapatan bukan pajak. Market utama kita adalah pelajar dan anak sekolah karena konsep wisata yang kita sajikan adalah wisata edukasi. Itulah potensi yang kita miliki,” papar Patriara.
Potensi lainnya yang terus dikembangkan di KHDTK Aek Nauli adalah penelitian Parfum Kemenyan dengan kualitas super yang telah diakui dunia.
Kemudian, Propolis lebah madu, pengembangan ternak madu dan teh dari tanaman pirdot, Camping Ground, Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC), Aek Nauli Beecosystem, Junggle Track, Mongky Forest, Taman Rusa berisi 5 ekor, Bee Homestay (Rumah Lebah), Bamboo Healing Forest (Pengobatan alternatif dengan penggunaan nano carbon bambu), Pinus terbesar yang tersisa di Indonesia dengan diameter 1,5 meter, kekayaan Flora dan Fauna.
“Semuanya ini merupakan satu kesatuan, sayangnya kami lembaga Litbang tapi harus mengurusi wisata. Namun, karena ada sedikit bunyi terkait wisata jadi kami harus mengurusi wisata meski bukan fashion kami. Sebenarnya, kamipun cukup kerepotan dan sedikit terseok seok, namun dengan dukungan dari semua pihak, semua tugas ini terus dijalankan. Semua produk ini diharapkan akan terus berkembang hingga kawasan ekowisata ini nantinya akan menjadi Saint Techno Park Aek Nauli yang merupakan perpaduan antara kesatuan bisnis wisata dan ecowisata,” pungkas Patriara.
Hadir dalam FGD ini Peneliti Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hutan, KLHK, Dr. Endang Karlina, M.Si, Balai Besar KSDA Sumut, Irzal, M.Si, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Simalungun (USI) Dr. Benteng H. Sihombing, M.Si, mewakili Kadisbudpar Simalungun, Zulfan Dalimunthe, Ketua Pokdarwis Nauli Pondok Buluh, Ramsiana Gultom, Kepala Desa Sibaganding, Martno Bakkara, para peneliti di KLHK Aek Nauli dan perwakilan masyarakat Desa Pondok Buluh dan Desa Sibaganding. (snc)
Editor: Hermanto Sipayung