Berhasil Jaga Keseimbangan Harga Produksi Ternak
Ketua Umum Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli), Ade M. Zulkarnain, menilai bahwa Petisi tersebut kurang tepat.
“Harusnya kita sebagai pelaku usaha bersama-sama fokus membangun negeri ini, tidak ricuh sendiri-sendiri dan saling tuding yang justru membuat iklim usaha tidak kondusif”, ujar Ade.
Menurut Ade, dalam acara Petisi Ragunan tidak ada perwakilannya satu pun dari Himpuli yang hadir. Alasannya, para peternak unggas lokal saat ini lebih fokus dalam mengembangkan usahanya sekaligus mensukseskan program Bekerja (Bedah Kemiskinan Rakyat Sejahtera) Kementan.
Dia menuturkan, sejak pertengahan tahun 2018 sampai saat ini, Himpuli bersama-sama dengan peternak unggas lokal fokus mendukung program Pemerintah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan Rumah Tangga Miskin (RTM)
“Assosiasi kami sangat berterimaksih terhadap upaya Kementan dalam meningkatkan pemberdayaan peternak local. Kami berharap unggas lokal dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri, yang memberikan kontribusi minimal 25 persen dari total produksi unggas nasional,” ucapnya.
Hal senada disampaikan, Ketua Umum Pinsar (Perhimpunan Insan Perunggasan) Indonesia, Singgih Januratmoko. Dia menyampaikan terimakasih, atas kinerja nyata Kementan yang mampu menstabilkan harga ayam broiler hidup (live bird) di atas harga pokok produksi (HPP), sehingga tidak terlalu fluktuatif selama tahun 2018.
Selain itu, Kementan juga telah berhasil menjaga keseimbangan antara supply-demand melalui pengaturan alokasi Grand Parent Stock (GPS) ayam broiler.
“Jadi tidak diragukan lagi kesungguhan Kementan saat ini dalam membangun pertanian, khusunya peternakan di Indonesia,” ucapnya.
Demikian halnya dengan Ketua Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blirat, Rofi. Dia menyatakan bahwa perwakilannya tidak ada yang hadir dalam petisi yang dibuat Pataka.
“Kami peternak Blitar sudah bertahun-tahun mencari nafkah dengan usaha ternak ayam petelur, terima kasih kepada Bapak Menteri Pertanian dan jajaranya yang selalu berusaha membantu peternak untuk terus hidup dan berkesempatan mencari nafkah serta membantu memajukan bangsa,” ujarnya.
Sementara, Kholiq yang mewakili Peternak Malang dan Asosiasi Pinsar/Organisasi Petelur Nasional menyampaikan bahwa perwakilannya juga tidak ada yang hadir dalam Petisi Pataka. “Jadi apabila ada kelompok-kelompok yang mengatasnamakan organisasi peternak layer Malang, itu bukan dari kelompok kami,” tegasnya. (rel/snc)