Kesedian Tim SAR maupun Basarnas yang bertugas dalam upaya pencarian dan penyelamatan waktu menjadi komponen penting dalam upaya penyelamatan para korban. Namun realita yang terjadi, proses penyelamatan korban hanya dilaksanakan di hari pertama pada kondisi terang dan terjadi pemberhentian di malam harinya.
Dia menambahka, harus ada pihak bertanggung jawab atas tenggelamnya kapal KM-Sinar bangun, karena merupakan kelalaian yang berujung menimbulkan korban jiwa.
“Kita berharap akan adanya perbaikan dan pembelajaran kedepan. Semoga tragedi ini yang terakhir kali terjadi di Danau Toba,” katanya.
Hal senada disampaikan Yedija Manullang. Dia menyebutkan, tenggelamnya KM Sinar Bangun, merupakan tragedi paling besar sepanjang sejarah di Danau Toba, sehingga perlu adanya evaluasi menyeluruh pada sistim pelayaran kapal supaya kedepan tidak ada lagi kejadian yang serupa terjadi. (rel/snc)