Hal senada disampaikan Sekretaris Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sibaganding B.Simbolon. Dia juga mengeluhkan menjamurnya bangunan liar di Sibaganding.
Simbolon menilai pesatnya pertumbuhan bangunan liar yang hampir menutupi seluruh area pandang telah mengakibatkan Sibaganding kehilangan keindahannya.
“Saat ini tak ada lagi asfek estetika yang bisa kita jual di Sibaganding, apalagi bangunan di atas Batu Gantung sebagai mitos budaya tentu sangat merugikan sekali. Harusnya kita menjaga keistimewaan batu gantung itu dengan memelihara lingkungan sekitarnya” imbuh Simbolon.
Sekretaris Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Simalungun Ferry Draha juga menyayangkan tindakan warga yang membangun di areal Sibaganding. Sebagai pemandu wisata, Ferry merasa Parapat telah kehilangan asset terbesarnya sebagai salah satu destinasi wisata. Pemandangan alam yang indah menuju Parapat sebelumnya sangat dikagumi para pengunjung. Sayangnya kini telah digantikan gedung yang tak memiliki nilai seni.
“Dulu sebelum bangunan itu ada, setiap melintas di Sibaganding secara pribadi saya sangat mengagumi keindahan Parapat. Tapi miris, semuanya itu tinggal kenangan kecuali pemerintah berani membenahi dan menata kembali semuanya,” pungkas Ferry. (ana/snc)