SimadaNews.com-Terjadi kericuhan di Papua beberapa hari terakhir ini, harus cepat diselesaikan oleh pemerintah, guna mengantisipasi semakin terbukanya pihak luar menunggangi isu yang terjadi.
Permintaan itu disampaikan Sekretaris Jendral Gerakan Daulat Desa (Sekjend GDD) Sabar Mangadoe, kepada SimadaNews, Rabu 21 Agustus 2019.
Sabar menyarankan, supaya pemerintah bisa meniru gaya almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Sebab, Gusdur pada masa memimpin memiliki solusi tepat menyelesaikan konflik di Papua.
Sabar mengungkapkan, saat menjabat sebagai presiden, Gus Dur telah memulainya dengan mengganti nama produk rezim otoriter orde baru (orba) yakni Irian Jaya menjadi Provinsi Papua.
Pergantian nama Irian Jaya menjadi Papua, merupakan pengembalian identitas dan martabat serta harga diri bangsa Papua. Sebab menurut Dr Yudi Latif dari hasil risetnya, masyarakat Papua adalah manusia penghuni nusantara yang pertama kali atau 60 ribu tahun lalu, sehingga dinilai merupakan masyarakat paling pribumi dari semua suku yang mendiami nusantara.
Atas dasar itu, lanjut Sabar, Gus Dur memberikan solusi dengan cara mengembalikan identitas dan martabat masyarakat Papua waktu itu, sehingga masyarakat Papua sangat mencintai Gus Dur.
“Tapi sayang, pada rezim SBY, gagasan Gus Dur terhenti dan tidak dilanjutkan,” kata Sabar.
Sabar menuturkan, di era pemerintahan Presiden Jokowi sejak Tahun 2014, sudah melanjutkan apa yang telah dimulai Gus Dur melalui pendekatan pembangunan infrastruktur besar-besaran di Papua.
“Memang bagus namun terbukti belumlah cukup!” timpal Sabar.
Menurut Sabar, solusi yang harus ditambahkan dalam rezim Presiden Jokowi 5 tahun ke depan, adalah upaya pemulihan martabat dan harga diri serta identitas dan budaya masyarakat Papua itu sendiri, seperti yang telah diinisiasi Gusdur.
“Gus Dur itu Cinta Papua, maka Papua Cinta Gus Dur,” pungkas Sabar.
Sabar menambahkan, KH. Salahudin Wahid (Gus Solah) adik kandungnya Gus Dur yang kini berperan sebagai penerus Gus Dur, seharusnya diajak oleh Presiden Jokowi untuk menyelesaikan masalah Papua.
“Saya yakin masyarakat Papua akan menerima dengan baik Gus Solah sebagai kelanjutan sosok Gus Dur,” ujar salah seorang inisiator Gerakan Kebajikan Pancasila (GKP) ini.
Sosok Gus Dur Bisa Meredam
Pernyataan yang disampaikan Sabar Mangadoe, senada dengan ucapan Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid (Gus Solah).
Adik kandung Gus Dur ini, juga ikut menyerukan semua pihak meredam keributan yang terjadi di Papua dan Papua Barat. Semua pihak juga diminta tidak terpancing untuk melakukan kekacauan yang sama.
Inisiator Gerakan Kebajikan Pancasila (GKP) ini berpendapat, hal terpenting lagi yang harus dilakukan semua pihak saat ini, adalah bagaimana menjaga perasaan masyarakat Papua agar tidak tersingung lagi.
“Ini butuh keseriusan dan komitmen kuat dari masyarakat dan pemerintah. Saya sering menyuarakan pernyataan yang mendukung dan membela rakyat Papua. Kita ingin Papua tetap berada dalam negara kita (Indonesia) dan dibutuhkan sosok tokoh yang tepat menyelesaikannya,” tegas Gus Solah.
Bagi Gus Sholah, syarat tokoh yang menjadi penyelesai masalah Papua adalah sosok yang memang bisa diterima masyarakat Papua. Terlepas dari mana saja asal tokoh tersebut.
Dulu tokoh yang dekat dengan masyarakat Papua adalah Gus Dur. Gus Dur pula yang mengembalikan nama Provinsi Papua yang semula dirubah menjadi Irian Jaya. Peristiwa ini dikenang oleh banyak kalangan di Papua.
“Kalau masih ada Gus Dur, maka Gus Dur kita minta. Kalau ada tokoh yang diterima dengan baik oleh rakyat Papua, dari mana saja menurut saya atau dari PBNU, Muhammadiyah saya rasa bagus sekali. Sebagai penghubung, saya rasa diperlukan sekali tokoh seperti itu,” pungkas Gus Solah. (snc)
Editor: Hermanto Sipayung