SimadaNews.com-Masyarakat Haranggaol tetap menolak dilaksanakannya kegiatan penyadapan getah pohon pinus di Hutan Sigiring-giring. Penolakan itu mereka sampaikan, saat dilakukan sosialisasi penyadapan pohon pinus, Sabtu (24/11) di Purba Sipinggan.
Anehnya saat sosialisasi, peserta Kelompok Masyarakat Tani Hutan Hasadaon P Manorsa dan pihak Dinas Kehutanan, melalui PKH Wilayah II Pematangsiantar, tidak hadir pada kegiatan sosialisasi yang dihadiri 50 warga itu.
Warga Haranggaol, R Purba yang terlibat dalam penolakan penyadapan, mengatakan mereka tetap menolak kegiatan penyadapan getah pohon pinus meski apapun yang terjadi.
“Apapun ceritanya, kami menolak. Kami menyesalkan ketidak hadiran mereka (Dishut-Red) karena ini perlu diluruskan. Ini mereka yang buat sosialisasi, tapi mereka yang mangkir,” kesal Purba dan warga lainnya.
Mereka mengatakan, bahwa Spanduk penolakan pengrusakan hutan sudah mereka buat.
“Team penolak sudah membuat spanduk penolakan , dan direncanakan akan secepatnya dipasang di lokasi,” tegas mereka.
Gendo, salah seorang pemerhati lingkungan, mengatakan, upaya pemberdayaan masyarakat yang tinggal di kawasan hutan, oleh pihak Dinas Kehutanan, tidak seharusnya dilakukan dengan pengerusakan hutan, tapi pemberian bantuan bibit.
“Jika benar Dinas Kehutanan ingin mengangkat ekonomi masyarakat, sebaiknya memberi bibit unggul secara lagsung kepada masyarakat, jangan merusak hutan untuk ekonomi masyarakat,” kesalnya.
Dia menilai, pihak Dinas Kehutanan melakukan pembodohan soal penerbitan izin pengelolaan kawasan hutan itu.
Terpisah, Tim Kerja Pembangunan Salib Kasih di Kawasan Sigiri9ng-giring, Pdt Barmen Sinaga STh, mengaku, sebenarnya mereka tinggal menunggu intruksi dari Pimpinan Pusat GKPS untuk meneruskan pembangunan.
“Kami hanya menunggu surat keputusan dari Pimpinan Pusat. Kalau kami siap gerak,” katanya.
Pdt Barmen, mengaku terkejut ada pihak yang mengklaim lahan dan melakukan penyadapan pohon pinus di Sigiring-giring.
“Wah, saya nggak tahu, kalo begini rumitnya Sigiring-giring tersebut, karena kami sudah bentuk team panita pembangunan salib kasih,” katanya.
Dia juga mengaku, bahwa pihak GKPS sudah pernah mengajukan hak pengelolaan kawasna hutan untuk dibangun salib kasih supaya nantinya menjadi wisata iman.
“Cuma ini surat yang ada kami,” katany sembari menunjukkan surat pengajuan kepada SimadaNews.com, sembari mengungkapkan, pihaknya sudah menggagasi pembangunan itu sejak lama.
Sementara, Ephorus GKPS Pdt M Rumanja Purba, yang kembali dikonfirmasi SimadaNews.com, menegaskan, hutan Sigiring-giring seluas 50 hektare sudah dirintis oleh GKPS, untuk dijadikan Hutan Wisata Rohani. Sejak awal sudah mulai dibangun sebuah salib yang tingginya mencapai 30 meter, tapi oleh panitia saat itu berhenti sampai pada tahap pondasi saja.
Saat ini, Pimpinan Pusat GKPS sudah memutuskan agar Pelpem GKPS dapat melanjutkan pekerjaan iru. Pelpem adalah sebuah unit pelayanan GKPS yang fokus pada masalah lingkungan hidup.
Terkait soal izin, pihaknya tinggal menunggu proses dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sedangkan, surat ukur dari Dinas Kehutanan Provinsi Sumut, sudah ada pada pohak GKPS. (ndi/snc)