SimadaNews.com-Kampanye yang dilakukan pasangan capres-cawapres beserta tim pemenangan Prabowo-Sandi, dinilai miskin in dan tim suksesnya dinilai miskin kreasi tanpa inovasi, sehingga kehilangan akan dan terpaksa menebar berbagai isu tanpa data sehingga terkesan hoax. Cara itu, dinilai hanya karena haus kekuasaan.
Hal itu disampaikan Sekretaris Jendral (Sekjed) Gerakan Daulat Desa (GDD), Brigjen Purn Victor E Simanjuntak, ketika dimintai tanggapan terkait cara kampanye yang dilakukan pasangan nomor urut 02, Selasa (20/11).
Menurut mantan Direktur Tipideksus BareskrimMabes Polri ini, seharusnya kampanye merupakan kesempatan untuk mengemukakan program unggulan, visi misi yang baik kerja. Tapi justru yang dilakukan Prabowo-Sandi mengemukakan sesuatu yang konyol yang tidak pas di gunakan oleh calon pimpinan bangsa.
Dia menyikapi peryataan Sandiaga Uno yang mengatakan uang Rp100 ribu hanya dapat bawang satu kilo dan tempe setipis kartu ATM. Begitu juga dengan Prabowo yang mengemukakan sesuatu tanpa didukung data yang akurat, yaitu perekonomian Indonesia adalah perekonomian kebodohan.
Pada kesempatan lain, Prabowo mengatakan 99 persen masyarakat Indonesia hidup pas-pasan dan menyebut Indonesia di kuasai asing aseng.
Belum lagi Titiek Soeharto yang mengkritik soal kesenjangan ekonomi yang semakin melebar, yang kaya makin kaya dan miskin tambah miskin, bahkan Titiek mempertanyakan, kalau punya uang Rp50 ribu, sekarang bisa dapat apa di Pasar?.
Menurut pria kelahiran Siantar 16 Agustus 1957 ini, pernyataan ketiga tokoh itu menunjukkan keputus asaan mereka karena Prabowo-Sandi tidak punya program unggulan, rekam jejak kurang baik dan tanpa prestasi.
“Berbeda dengan Jokowi dengan program kerja melanjutkan penyempurnaan pembangunan infrastruktur dalam rangka pemerataan keadilan sosial, menata perekonomian untuk meningkatkan dari PDB USD 1 triliun menuju PDB USD 2 triliun. Berusaha menghilangkan paham intoleran dan radikal serta program Indonesia Pintar, Sehat dan Sejahtera,” pungkas bapak dua anak ini.