Strategi Melemahkan Penghayatan Pancasila
SEORANG ilmuan asal Amerika Serikat yang bernama Jared Diamond, ilmuwan peraih penghargaan bergengsi Pulitzer 1997, dalam sebuah pidatonya mengatakan bahwa negara seperti, Indonesia, Columbia dan Philipina, mungkin bisa menjadi contoh peradaban yang akan punah.
Sebagai seorang ilmuwan besar, Jared Diamond pasti punya alasan dalam mengungkapkan pendangannya. Bisa saja Jared telah melihat gejala pengaburan atau penghancuran sejarah maupun peradaban bangsa Indonesia yang terkandung dalam butir-butir Pancasila dan mengkristal dalam lima sila.
Pancasila terbukti mampu merawat Kebhinnekaan dalam bingkai Negara Kesatuan Negara RI, ingin di gantikan dengan faham lainnya yang bukan peradaban bangsa Indonesia, penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila yang sudah melembaga dihati sanubari bangsa ini harus dihancurkan terlebih dahulu, sehingga untuk menghancurkan harus terstruktur, masif dan sistematis, hal itu dapat dilakukan melalui lembaga-lembaga pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi.
Upaya mempengaruhi atau menguasai lembaga-lembaga pendidikan bukanlah hal yang mudah, butuh pengaruh kekuasaan atau hal lain yang yang sangat lembut bahkan menyentuh rohani, yaitu membingkainya dengan indah dalam bentuk keagamaan.
Bingkai keagamaan dapat disusupkan melalui pengajaran sejak dari TK sampai perguruan tinggi juga kepada dosen dan pengajar, bahkan mesjid dapat manfaatkan menyusupkan pemahaman konservatif atau fundamentalisme keagamaan radikal dan intoleran sebagai metode mengaburkan bahkan menghilangkan pemahaman Pancasila, hal itu telah terjadi sejak paska reformasi.
Memasukkan ajaran atau pemahaman dengan bingkai keagamaan memang ampuh, terbukti bahwa Lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia dari TK sampai perguruan tinggi telah dimanfaatkan dengan baik.
Peneliti LIPI Anas Saidi mengungkapkan dalam penelitian yang dilakukan pada 2011 di lima universitas di Indonesia UGM, UI, IPB, Unair, Undip menunjukkan peningkatan pemahaman konservatif atau fundamentalisme keagamaan khususnya di kalangan mahasiswa di kampus-kampus umum. Peningkatan pemahaman itu terjadi pasca reformasi, dengan menyebar melalui Jamaah Tarbiyah (Ikhwanul Muslimin), termasuk HTI dan salafi yang merupakan bagian dari gerakan Islam transnasional, penelitian atau temuan lainnya juga memberikan hasil yang mengejutkan, yaitu.
Ajaran Kekerasan Sejak TK
Ajaran kekerasan pernah ditemukan oleh organisasi sayap pemuda Nahdlatul Ulama, GP Ansor, yang menyebut beberapa jilid buku pelajaran siswa Taman Kanak-kanak (TK) berjudul Anak Islam Suka Membaca, mengajarkan radikalisme dan memuat kata-kata ‘jihad’, ‘bantai’, dan ‘bom’.
Pawai murid TK bercadar dan bawa replika senjata, ‘isyarat ancaman radikalisme mulai mengakar’
Seorang ibu juga pernah memindahkan anaknya dari salah satu sekolah SD, karena sangat khawatir tentang ajaran kekerasan yang ada kaitan dengan ideologi juga, yang tidak layak dilihat oleh anak-anak.