SimadaNews.com-Keputusan Ketua Umum Persaudaraaan Muslim Indonesia (Permusi) Usamah Hisyam, mengundurkan diri sebagai Penasehat Persaudaraaan Alumni (PA) 212, mendapat apresiasi dari Forum Komunikasi Santri Indonesia (FOKSI).
Ketua Umum DPP FOKSI, M Natsir Sahib, kepada SimadaNews.com, mengatakan, keputusan Usamah Hasmin merupakan keputusan yang bijak. Sebab, kondisi saat ini perjuangan yang dilakukan PA 212 sudah melenceng dari khittah perjuangan dan cenderung mempolitisasi yang awalnya sebenarnya merupakan gerakan moral.
Bagi M Natsir, Usamah Hisyam adalah sosok pemimpin yang adil seorang negarawan dan cendikiawan Muslim yang patut dicontoh, sebagai sosok yang lurus dan tidak mengadaikan gerakan moral 212 sebagai gerakan politik praktis.
M Natsir juga menyayangkan gerakan PA 212 yang justru mengadaikan kepentingan umat untuk kepentingan pribadi dan golongan tertentu.
“Seharusnya 212 sebagai gerakan kebajikan, dapat menjadi sebuah semangat dan wadah pemersatu bangsa demi kepentingan bersama, bukan malah menjadi benalu yang justru menyengsarakan rakyat dengan dukung mendukung,” katanya.
M Natsir menambahkan, sejalan dengan sikap Usamah Hisyam yang sudah mengingatkan PA 212 dan masyarakat yag tergabung dalam gerakan 212 untuk kembali pada khittah perjuangan dan semangat membela agama Allah SWT, bukan membela orang.
“212 adalah gerakan kebajikan yang tinggi, jangan direndahkan dengan dukung mendukung capres yang sarat akan kepentingan,” pungkas Natsir.
Diketahui, sejumlah tokoh alumni 212 satu per satu undur diri dari gerakan itu dan bergabung dengan kubu seberang ataupun masih belum menyatakan dukungannya secara khusus. Perpecahan ini ditengarai sebagai akibat berubahnya arah gerakan dari yang tadinya murni syariah menjadi politik praktis.
Terbaru, keputusan Usamah Hisyam yang memilih mundur dari jabatan Anggota Penasihat Persaudaraan Alumni (PA) 212.
Pria yang pernah berperan mempertemukan alumni 212 dengan Presiden Joko Widodo, April lalu, mengaku kecewa dengan PA 212. Ia menilai semangat membela agama yang kental pada Aksi Bela Islam 2 Desember 2016 kini luntur. Gerakan Islam ini, katanya, sekarang telah terkontaminasi dengan politik praktis. (manto/snc)