SimadaNews.com-Banyak perbuatan baik di dunia ini bisa kamu lakukan, termasuk memberi pertolongan. Namun di Indonesia, pertolongan bisa menjadi penghasilan bagi sebagaian orang yang memiliki kemampuan cerdik di atas rata-rata alias banyak “akal”.
Deputi II Kepala Staf Kepresidenan, Yanuar Nugroho, mengatakan, kemampuan banyak “akal” rentan dan bisa berdampak terjadi tindak korupsi di instansi terkait yang membiarkan perilaku suka mencari celah.
“Budaya ketimuran kita yang baik, sering disalah artikan mencari celah keuntungan,” ujar Yanuar.
Yanuar meminjam istilah di era digital, orang banyak akal memiliki kemampuan monetize atau menguangkan segala bentuk tindakannya, termasuk untuk memberikan pertolongan.
Monetize pertolongan ini banyak kita jumpai di berbagai instansi pemerintahan dalam soal urus-mengurus dokumen dan berbagai keperluan lainnya yang berujung pada tindakan korupsi.
“Padahal itu semua bisa kita cegah sebaik-baiknya bila mengikuti teori dialektika Peter L. Berger yang mengatakan induvidu dan masyarakat dapat dipisahkan. Ini menunjukkan bahwa manusia tak perlu melibatkan orang lain dalam memanifestasikan kepentingannya,” sebutnya.
Menurut Yanuar, walaupun tolong-menolong itu penting, demi mencegah tindakan korupsi yang terjadi karena pertolongan, berikut jenis tolong-menolong yang harus dihindari.
1.Tolong Dibantu Ya Prosesnya
Kalimat “tolong dibantu ya prosesnya” sering kita dengar ketika seseorang yang usianya lebi tua, bergaya parlente, pakai kalung emas, dan sedang berdialog kepada staf sebuah instansi. Atau juga sering dijumpai saat membuat dokumen izin usaha di kelurahan. Biasanya segenggam amplop sudah dipersiapkan untuk melicinkan permintaannya.