SimadaNews.com-Informasi yang tersebar tanpa data akurat atau hoax, dapat merusak sendi-sendi tatanan bangsa. Untuk itu, masyarakat harus bersama-sama memeranginya.
Itulah paling tidak kesimpulan yang bisa dimbil dari hasil Diskusi Panel yang digelar Komunitas Mata Demokrasi (KOMADEM), Rabu (6/2) di Convention Hall Siantar Hotel.
Hadir sebagai narasumber pada diskusi itu, Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI) Jerry Sumampouw, Akademisi dan Rohaniawan Pdt Saut H Sirait, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sultan Agung Kota Siantar, Robert Tua Siregar dan Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni.
Dalam diskusi bertajuk Bahaya Informasi Hoax Bagi Pertumbuhan Demokrasi Indonesia, Jerry Sumampouw menegaskan, bahwa Hoax adalam ancaman bagi tatanan bangsa Indonesia.
Mudahnya penyebaran informasi, melalui media sosial kini sangat mudah dikonsumi masyarakat. Ironisnya, lanjut Jerry, Hoax dikonsumsi oleh pihak-pihak yang ingin merebut kekuasaan yang tanpa sengaja mendistribusikan informasi yang tidak benar dan tidak memiliki data yang akurat.
“Ini sangat berbahaya. Dan membuat masyarakat Indonesia dalam hal ini pemilih, tidak merdeka. Tidak bebas bereksepresi ketika menggunakan hak pilihnya,” ujar Jerry.
Senada dengan Jerry, Raja Uli Antoni menyayangkan, ulah politisi yang memilih jalan taktis mempengaruhi masyarakat. Jalan taktis yang dimaksud, yakni menyebarkan berita Hoax.
Selain berita Hoax, politisi-politisi banyak menggunakan isu agama hanya untuk merebut kekuasaan yang jelas-jelas meruksa sistim demokrasi.
“Atas kondisi itulah, makanya pihak kami beberapa waktu lalu. Memberikan “Kebohongan Award” kepada mereka tokoh-tokoh yang dinilai sudah kerap menyebar berita tidak benar. Paling tidak, itu mengingatkan mereka, bahwa mereka pernah menyampaikan hal-hal yang tidak benar ke publik,” pungkas Antoni.
Dia menuturkan, pada prinsipnya kebohongan yang disebar para pihak-pihak tertentu, tidak akan merubah apapun dalam proses demokrasi yang ada. Sebab, mereka akan terus menerus melakukan kebohongan lagi untuk menutup kebohongan sebelumnya.
“Mereka-mereka tidak peduli, mau berulang-ulang menyebarkan kebohongan. Ini yang membahayakan masa depan bangsa Indonesia,” imbuh Antoni.
Sisi lain, Robert Tua Siregar, menuturkan, bahwa distribusi berita Hoax yang sangat rentan ada pada jejaring media sosial yang sangat mudah diakses masyarakat. Sedangkan terhadap media online atau media cetak, sangat bisa diminimalisir. Sebab, media online atau media cetak, memiliki proses yang sangat panjang ketika hendak disajikan menjadi berita.
“Kalau media, ka nada editornya, ada redaksinya yang melakukan penyaringan. Lain dengan media sosial, yang langsung bisa diperoleh tanpa ada penyaringan informasi,” sebut Siregar.
Mengantisipasi itu, lanjut Siregar, dibutuhkan data dan fakta dan dilakukan uji kebenaran terhadap suatu informasi. Selain itu, edukasi terhadap masyarakat sangat perlu untuk menganalisa sebuah informasi dengan benar.
Sementara, Pdt Saut H Sirait, menambahkan, bahwa segala data yang ada harus diolah menjadi informasi yang baik, sesuai fakta yang ada.
Menurut Saut, apabila informasi disampaikan sesuai fakta yang ada, tentunta informasi itu bukan Hoax. Tetapi, sering terjadi dalam penyajian informasi, pemberi atau penulis informasi memasukkan kata-kata yang tidak sesuai atau opini, sehingga informasi itu menjadi tidak benar.
“Jadi diperlukan kesadaran secara bersama-sama, atas perlunya informasi yang benar sesuai data dan fakta yang ada. Dengan begitu, kita sudah melawan Hoax,” ujarnya.
Sebelumnya, Alpredo P Saragin dan Fawer Fullfander Sihite, dari KOMADEM, menyebutkan, diskusi publik yang mereka gelar, karena adanya rasa keprihatinan demokrasi Indonesia yang sudah cenderung mengarah pada politik perpecahan karena hoax.
Mereka menilai, perlu ada pemahaman yang sama bahwa Hoax merupakan lawan bersama masyarakat karena dapat merusak sendi-sendi kehidupan sosial antar masyarakat.
Mereka menambahkan, kiranya dengan adanya diskusi yang intens dilakukan, maka distribusi hoax bisa diminimalisir, sehingga masyarakat benar-benar dengan sendirinya memahami serta memilah informasi yang benar,untuk dijadikan referensi dalam menjalankan aktivitasnya. (manto/snc)