BULAN Juni, adalah hari bersejarah. Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945. Di Bulan Juni tepatnya 7 Juni 2017, Presiden Joko Widodo menetapkan struktur di Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP).
Pembentukan UKP-PIP, berdasarkan Peraturan Presiden 54 tanggal 7 Mei 2017. Dan dalam perjalanannya, UKP-PIP, disempurnakan menjadi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) melalui Peraturan Presiden No.7 Tahun 2018.
Sebagai warga Negara, sudah seharusnya kita bersyukur bahwa Pancasila adalah daya rekat luar biasa bagi perjalanan berbangsa dan bernegara sampai saat ini. Dan hendaknya kita sebagai warga Indonesia, selalu menjaga agar Pancasila tetap menjadi fondasi Bangsa yang kokoh dalam menaungi keberagaman Indonesia.
Kita patut mengapresiasi, bahwa saat ini sudah ada Garis-garis Besar Haluan Ideologi Pancasila (GBHIP). Nantinya, dalam GBHIP tertuang sistim dan cara indoktrinasi yang bisa mengakomodir semua kepentingan bermasyarakat dan bernegara.
Harapannya, BPIP menjadi garda terdepan dalam mengaplikasikan dan mengimplementasikan Nilai-nilai Pancasila dengan parameter jelas dan terukur yang nantinya dapat diterima semua pihak.
Dalam perjalanan sebelum kelahiran UKP Pancasila, tepat pada tanggal 8 Desember 2015 Gerakan Kebajikan Pancasila dideklarasikan di Jakarta oleh lima tokoh Nasional yakni, Ahmad Syafii Ma’arif (Buya Syafi’i) KH Salahuddin Wahid (Gus Solah), Sabar Mangadoe Tambunan, Saifullah Ma’shum dan Imam Partogi Sirait.
Menurut Gus Solah, Gerakan Kebajikan Pancasila dilatarbelakangi terus meningkatnya kekerasan yang terjadi di Indonesia. Bahkan dari tahun ke tahun frekuensi peristiwa kekerasan justru makin terlihat menggila dan terus berulang-ulang di lingkungan sekitar masyarakat.
“Kekerasan terjadi di dalam keluarga, di depan publik, dan ada juga kekerasan atas nama agama, kini juga yang paling dominan adalah kekerasan yang dilakukan negara terhadap rakyatnya,” kata Gus Solah saat memberikan sambutan pada pembukaan acara deklarasi Gerakan Kebajikan Pancasila di kediamannya di Jalan Bangka Raya No 2C, Jakarta Selatan.
Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng itu, menambahkan, kekerasan dalam segala bidang tidak akan menyelesaikan masalah. Justru kekerasan yang terjadi tidak menumbuhkan rasa kebajikan di Indonesia. Padahal, hal-hal kebajikan di dunia ini sangat banyak.
“Tentunya, jika kita berbuat baik pada semua orang, orang juga akan berbuah baik pada diri kita juga,” ujar Gus Solah waktu itu.
Gus Solah melanjutkan, nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa semakin lama semkain terkikis. Lima sila dalam Pancasila tidak lagi diterapkan oleh pemimpin negara ini.
Karena itu, kelima inisiator Gerakan Kebajikan Pancasila ingin menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila dan diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga, tidak ada lagi kekerasan di Indonesia.
Dalam perjalanannya Gerakan Kebajikan Pancasila mendesak Pemerintah membuat Badan Khusus Pancasila kembali dan diusulkanlah nama Unit Kerja Presiden Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP PIP).
Lebih kurang 1 tahun 5 bulan mengusung gagasan besar kebangsaan ini, maka akhirnya Pemerintah melalui Menkopulhukam pada waktu itu Luhut B. Panjaitan dan digantikan Wiranto pada akhirnya mengeluarkan Perpres Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) yang akhirnya disempurnakan menjadi BPIP.
Ada sedikit perbedaan nama dari Pemantapan menjadi Pembinaan, tapi Gerakan Kebajikan Pancasila sudah bersyukur dan berterimakasih bahwa Pemerintahan Presiden Jokowi sudah membuka jalan selebar lebarnya, agar Nilai-nilai Pancasila yang sudah sekian lama hilang sejak masa reformasi, kini sudah dibuka kembali.
Akhirnya sebagai warga negara, kita seharusnya ikut mengawasi dan mengamalkan sekaligus membumikan Nilai-nilai ke-Pancasilaan yang ada.
Masyarakat mengharapkan, agar pejabat Negara ini bermental Pancasilais dan Pemerintah juga mengharapkan masyarakatnya Pancasilais. Selamat mengisi hari-hari kita dengan Nilai- Kebajikan. (*)
Penulis: Syaiful Amin Lubis, Mentor Gerakan Kebajikan Pancasila dan Sekretaris Yayasan Gerakan Kebajikan Pancasila