PERNYATAAN yang demikian dikemukakan seorang pejabat berkaitan dengan kebersihan danau Toba dalam menggalakkan wisata di kawasan danau Toba.
Pernyataan itu seperti melegitimasi bahwa seolah-olah darah babi yang membuat hutan di sekitar Danau Toba menjadi gundul dan kualitas air Danau Toba menjadi tercemar.
Pemotongan babi di berbagai tempat sekitar kawasan Danau Toba sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, namun tidak merusak lingkungan dan mencemari kualitas air Danau Toba.
Hutan menjadi gundul dan tanaman bersejarah bertuliskan “RIMBA CIPTAAN” menjadi hilang, bukan karena ada yang memotong babi, tetapi karena adanya penebangan pohon secara besar-besaran sejak beroperasinya Toba Pulp Lestari, keramba apung juga berperan besar mencemari air Danau Toba.
Toba Pulp Lestari dan Keramba apunglah yang di duga merusak kawasan danau Toba Yang akhirnya merusak kualitas air danau.
Dua masalah itu telah lama di protes oleh sebagian masyarakat dan berbagai pemerhati lingkungan sampai ke pengadilan bukan darah babi, maka menjadi tanda tanya besar kalau ada pejabat yang mengeluarkan pendapat akan menertibkan pemotongan babi di kawasan danau Toba, pernyataan itu sangat menyinggung perasaan bangso batak dengan segala tradisinya, padahal bangso batak merupakan penduduk asli di Kawasan Danau Toba.
Pernyataan pejabat merupakan sesuatu yang diperhatikan masyarakat, maka para pejabat harus berhati-hati dalam mengeluarkan pendapat, jangan sampai menyinggung perasaan, kebiasaan maupun adat istiadat masyarakat setempat.
Para pejabat harus memahami bahwa mereka adalah pejabat untuk semua eleman masyarakat, bukan atas sekelompok atau pada elemen masyarakat tertentu saja.
DANAU DI SWISS
Di kawasan Danau Toba hanya terdapat Satu danau, sedang di Swiss terdapat 12 danau yang sangat indah, semua bersih dan jernih, banyak wisatawan yang datang kesana untuk naik kapal, olah raga air dan berperahu menyusuri pinggir danau, banyak juga yang sekedar berjalan atau naik sepeda di jalan khusus yang disiapkan untuk menikmati keindahan danau.
Mengapa danau di Swiss bersih dan jernih?, apakah pemerintah melarang masyarakat memotong hewan?, atau melarang masyarakat membuang limbah keluarga ke sungai?.
Ternyata tidak, pemerintah tidak membuat masyarakat sebagai kambing hitam atas masalah yang terjadi, pemerintah menempatkan diri sebagai pelayan masyarakat dengan baik, karena masyarakat telah membayar pajak, untuk menjaga kelestarian hutan dan kebersihan lingkungan.
Ternyata pemerintah Swiss yang berperan sebagai pelayan, dengan cara, melarang keras menebang pohon pada wilayah tertentu dalam rangka kelestarian lingkungan, bukan melarang masyarakat menebang pohon, sementara pihak lain menggunduli secara bebas. Sedang menyangkut sampah, pemerintah menempatkan tempat sampah di berbagai tempat, agar masyarakat dapat membuang sampah dengan mudah dan tidak membuang sampah sembarangan.
Untuk mencegah limbah keluarga mencemari danau, pemerintah membersihkan limbah keluarga, hotel, restoran, industri dan limbah lainnya sebelum di salurkan kesaluran air yang menuju ke sungai dan ke danau.
Ada sistem saluran air yang baik per area tertentu, maka air yang masuk ke sungai dan danau sudah bersinergi. Dari mana biayanya? Tentu dari pajak yang di bayar masyarakat.
MASALAH WISATA HALAL
Pemerintah memang sedang menggalakkan tumbuhnya Bali baru sebagai tujuan wisata di Indonesia, lalu hal ini di jadikan kesempatan untuk membangun wisata halal.
Apakah wisata halal yang kita butuhkan ?. Bali menolak keras wisata halal, mereka justru mengedepankan budaya lokal, nyatanya banyak turis Yang datang ke Bali, walaupun telah dua kali di terpa bom bunuh diri.
Di Jepang, Korea Selatan, China, Eropa dan Amerika tidak ada wisata halal, tetapi banyak turis datang kesana, banyak diantaranya dari Indonesia, sampai-sampai penjaja dagangan di daerah itu belajar bahasa Indonesia.
Kita tahu bahwa untuk datang berwisata ke Jepang, Korea, China, Eropa dan Amerika, membutuhkan biaya yang besar, tetapi di datangi juga, mengapa demikian, karena pemerintah telah membangun infrastruktur yang mendukung, menyiapkan sistem transfortasi yang mudah, terintegrasi dan murah, serta jaminan rasa aman.
Masalah makanan, semua pihak akan mencari yang sesuai dengan selera dan kebutuhan mereka, jadi mengedepankan wisata halal tidaklah sesuatu yang menentukan untuk mendatangkan turis, itu program yang mengada-ada yang bahkan menyinggung perasaan sebagian masyarakat tertentu. (*)
Penulis: Brigjen Polisi (Purna) Victor E Simanjuntak,Pengurus Gerakan Daulat Desa (GDD)