SEBAGAI ideologi, radikalisme bermakna untuk individu. Akan tetapi sebagai sistem politik, radikalisme tidak demokratis dan mengarah pada penindasan.
Di balik ketenangan Kota Medan, sebenarnya telah terjadi gempa bumi politik radikal terus menerus di dalamnya.
Medan yang terbilang kota berbilang kaum, masih menghantui sistem politik kadrun yag begitu kejam dengan persaingan yang kurang sehat dan memiliki sarat tuna adab alias tak beradab dan biadab.
Politik kadrun penuh intrik, banyak taktik, dengan menghalalkan segala cara yang ditempuhnya!.
Ekxtrimisme situasi politik di Kota Medan saat ini meliputi dua hal pokok yang harus kita perhatikan scara seksama yaitu sebuah diagnosa yang sangat sederhana mengenai permasalahan di Kota Medan. Dan sebuah keyakinan bahwa ada orang-orang jahat dibalik itu semua.
Hanya politisi yang tidak turun ke lapangan yang ‘imun’ dari melakukan kesalahan. Kesalahan merupakan hal inheren dalam tindakan politik.
Mungkin memang suatu ilusi utk mengubah keadaan tanpa jalan politik, tapi sering perubahan politik hanya sekedar perubahan bentuk panggung dan nama aktor yang karena persis seperti cerita lama yg menjadikan hasilnya sangat mengecewakan.
Selama rakyat belum mencapai kekuasaan politik atas negeri (Kota Medan) ini sendiri, maka sebagian atau syarat hidupnya baik ekonomi maupun sosial maupun politik diperuntukkan bagi yang bukan kepentingannya bahkan bertentangan dengan kepentingannya.
Maksudnya adalah bahwa rakyat Kota Medan hingga kini belum betul-betul merdeka? Tidak pernah sampai sekarangg, karena saat ini terorisme sedang berkuasa. Semua dijadikan barang dagangan, bahkan juga politik partai dan manusia, yang smuanya dipandang sebagai barang dagangan semata.
Inilah konsekuensinya, jika politik dipenuhi drama, urusan publik pun menjelma jadi sekedar pertunjukan bak ibarat telenovela.
Kita perlu belajar dari sejarah yang begitu jelas, mengurangi gaduh politik yang kerap tak berkelas.
Iblis tidak berjarak dengan diri kita, dengan karakter budaya politik dan pasar sejarah kita. Malah jikalau diperhatikan, Tuhan yang jaraknya cenderung semakin menjauh dari kita, kecuali jika pas kita perlukan untuk memperoleh keuntungan atau mentopengi muka.
Sejatinya agama diajarkan kepada manusia, agar ia memiliki pengetahuan dan kesanggupan untuk menata hidup, menata diri dan alamnya, menata sejarah, kebudayaan serta politik.
Saatnya kita bersih-bersih, kebersihan luas maknanya. Kebersihan ruang dan kampung hanyalah satu hal. Akan tetapi hal lain adalah kebersihan jiwa manusia itu sendiri, kebersihan pergaulan antar manusia, baik pergaulan sosial, maupun pergaulan ekonomi, serta pergaulan politik dan hukum haruslah dengan serta merta kita perhatikan sebagai prioritas utama, dalam mewujudkan Kota Medan Bersih Aman Damai dan Sejahtera.
Serta yang lebih penting dari politik adalah Kemanusiaan yang adil dan beradab, sebab didalam jiwa (Kota Medan) yang sehat terdapat iman (Kota Medan) yang bersih dalam menciptakan situasi Kamtibmas yang kondusif untuk berani berubah berani mengubah menuju Kota Medan Berubah menjadi yang lebih baik lagi kedepannya. Salam Demokrasi Beradab.!. (*)
Penulis: Mario Oktavianus Sinaga, Ketua GM MARSIA Sumut dan pengurus DPD Sahabat Polisi Sumut