SimadaNews.com – Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria menegaskan menolak rencana pemerintah dalam melakukan impor beras yang saat ini lagi mengkhawatirkan petani di tengah masa panen.
Pasalnya, sesuai data dari Badan Pusat Statistika (BPS) stok beras hingga kini masih dalam jumlah cukup sehingga memang tidak ada alasan untuk membuka kran impor beras.
“Berdasarkan indikator produksi, konsumsi, neraca dan juga indikator harga apalagi kita lihat indikator harga di lapangan cenderung menurun. Oleh karena itu memang tidak ada alasan bagi kita untuk melakukan impor beras karena stok cukup,” ujar Arif di Bogor, Minggu (07/03/2021).
Arif mengungkapkan BPS telah merilis data potensi produksi beras pada bulan Januari hingga April 2021 itu kurang lebih sekitar 14 juta ton atau naik 26 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2020. Tidak hanya itu, panen raya juga memiliki potensi surplus pada Januari hingga April sekitar 4,8 juta ton beras.
“Panen raya ini bisa memberikan surplus. Yang penting bagi kita adalah bagaimana kita mampu melakukan penyerapan gabah dari para petani,” tegasnya.
Arif menyarankan justru yang perlunya melakukan langkah strategis dalam menyambut panen raya yang sebentar lagi memasuki puncak. Sinergi antara Kementerian Pertanian (Kementan), Bulog dan berbagai instansi pun harus dilakukan dan transparansi dalam berbagai pengambilan keputusan produk pangan pokok ini menjadi penting.
“Karena begitu impor terjadi maka dampaknya akan sangat serius terhadap harga dan itu akan merugikan petani. Saya kira kita harus menghargai petani yang sudah bersusah payah, berjerih payah dan bekerja keras untuk memberikan kepada kita suplai pangan,” ucapnya.
Perlu diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi beras pada 2020, 31,33 juta ton, mengalami kenaikan sekitar 21,46 ribu ton atau 0,07 persen dibandingkan 2019, 31,31 juta ton. Adapun potensi produksi periode Januari–April 2021 diperkirakan mencapai 14,54 juta ton beras atau mengalami kenaikan 3,08 juta ton (26,84 persen) dibandingkan dengan subround yang sama tahun lalu 11,46 juta ton. (***)