SimadaNews.com – Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menerima audiensi dari Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, YM Sung Y. Kim, melalui media video conference.
Audiensi ini, merupakan pertemuan pertama YM Sung Y. Kim dengan L.T. Handoko pascamenjabat sebagai Kepala BRIN. Bagi Kepala BRIN, Amerika Serikat merupakan mitra yang sangat potensial dan penting bagi Indonesia.
“Amerika Serikat adalah mitra yang sangat strategis dan potensial bagi Indonesia, terutama dalam kerja sama bilateral di bidang Riset dan Inovasi,” kata Handoko, seperti dikutip dalam rilis BRIN di Jakarta, Sabtu (10/7/2021).
Indonesia dan Amerika Serikat telah memiliki payung kerjasama Iptek sejak 2010 dan masih berlaku hingga saat ini. Teridentifikasi, beberapa kerja sama bilateral telah berjalan sangat efektif dan menguntungkan kedua negara.
“Kerja sama tersebut telah melibatkan banyak peneliti dari kedua negara, baik dari Lembaga Penelitian Non-Kementerian terdahulu, Badan Litbang Kementerian, Lembaga Strategis dan institusi riset, maupun kerja sama dengan perguruan tinggi Indonesia,” ungkap L.T. Handoko.
Pada kesempatan ini, Kepala BRIN memberikan penjelasan terkait visi dan misi BRIN sebagai institusi pengampu (enabler institution) bidang riset dan inovasi, yang merupakan satu platform terbesar di Indonesia, untuk memfasilitasi kolaborasi internasional (bilateral, regional, multilateral) dari berbagai ragam stakeholders (Academicians/researchers, Businesses, Government, Community/Society and Media).
Selain itu, Kepala BRIN juga mengemukakan partisipasi aktif BRIN dalam Presidensi G20 Italia, yang pada tahun ini mengusung pentingnya penguatan kerjasama riset dan inovasi antar negara G20. Kepala BRIN juga meminta dukungan Pemerintah Amerika Serikat agar mendukung Indonesia untuk inisiasi pembentukan Joint Working Group/Sherpa riset dan inovasi dalam pertemuan G20 Ministerial Research Meeting yang akan berlangsung di Italia, 6 Agustus 2021.
Selain itu, Kepala BRIN meyakini bahwa kerjasama riset dan inovasi antara Indonesia dan Amerika Serikat akan semakin meningkat karena beberapa bidang Kerjasama, antara lain seperti keanekaragaman hayati, pertanian, teknologi ruang angkasa, klimatologi dan meteorologi, kesehatan, serta mitigasi bencana alam, merupakan program-program kerjasama yang diminati kedua negara.
Selanjutnya, Kepala BRIN juga berjanji akan mengkonsolidasikan prosedur perijinan penelitian asing dengan K/L terkait di Indonesia untuk meningkatkan kerjasama dengan mitra asing berasaskan kepentingan bersama.
Kepala BRIN menyampaikan perbedaan mendasar peran BRIN yang mengintegrasikan banyak lembaga litbangjirap di Indonesia sesuai UU No. 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
“BRIN diberikan mandat untuk mengkonsolidasikan/mengintegrasikan program riset dan inovasi nasional, termasuk pengelolaan sumber daya riset (SDM, infrastruktur, dana). Saat ini beberapa K/L tengah di koordinasikan secara berkesinambungan. Sementara pelaksanaan riset dan teknologi pada Kemendikbudristek hanya terbatas pada program/kegiatan di perguruan tinggi,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kepala BRIN menginformasikan bahwa BRIN akan segera meluncurkan sejumlah global platform_untuk kegiatan riset seperti:
1) Global Platform untuk riset biodiversity di Cibinong,
2) Global Platform untuk riset kelautan menggunakan armada kapal penelitian, baik yang sudah ada maupun yang sedang dibangun, dan
3) Pengembangan space port untuk pengembangan program teknologi ruang angkasa di Kupang.
“Saya sangat mendorong keterlibatan mitra global dalam kolaborasi riset dan inovasi. Oleh karena itu, dalam waktu dekat saya dan tim akan melakukan evaluasi Foreign Research Permit (FRP) menjadi lebih sederhana untuk mendapatkan ketertarikan mitra global bekerja sama dengan Indonesia,” ujarnya.
Kepala Biro Kerja Sama dan Komunikasi Publik, Nada D.S. Marsudi menambahkan sejumlah informasi terkait update hubungan bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat, di antaranya seperti rencana pelaksanaan Joint Commission Meeting Indonesia-Amerika Serikat ke-5 di Indonesia pada tahun 2022, di mana Indonesia juga mengusulkan Ministerial Research and Innovation Meeting pada Presidensi Indonesia G20 tahun 2022.
Dalam kunjungan kehormatan, Rabu (7/7) tersebut, Duta Besar Kim mengapresiasi segala bentuk kerja sama yang telah berjalan selama ini antara Indonesia dengan Amerika Serikat dan berharap agar hubungan dan kerja sama yang telah terjalin dengan baik dapat terus berlangsung.
“Ruang lingkup kerja sama bilateral antara Amerika Serikat dan Indonesia sudah sangat erat. Kami berkomitmen dan akan meneruskan kerja sama yang telah berjalan dengan baik dengan institusi kami seperti USAID dan lembaga lainnya,” ungkap Dubes Kim.
“Dokumen perjanjian kerja sama di bidang Iptek yang akan berlaku abadi ini memberikan pondasi yang kuat bagi kita untuk meneruskan kerja sama,” lanjut Dubes Kim.
Duta Besar Kim juga memiliki perhatian terhadap FRP, dan sangat menantikan FRP yang lebih sederhana dan mudah dipahami. Selain itu, sehubungan dengan upaya penanggulangan COVID-19, Dubes Kim juga menginformasikan bahwa Amerika Serikat akan mendonasikan vaksin Moderna dan sejumlah kebutuhan obat-obatan darurat yang akan tiba di Indonesia dalam waktu dekat.
Dalam kaitannya dengan Research and Innovation Working Group pada G20, Economic Counselor, Robert Ewing membahas kemungkinan untuk mengusulkan topik sustainable development, climate dan renewable energy.
“Usulan topik tersebut dapat diakomodasi oleh Indonesia karena sejalan dengan mandat yang diberikan Presiden Jokowi kepada BRIN untuk mengembangkan digital green blue economy,” respon Nada.
Turut mendampingi Kepala BRIN pada pertemuan kali ini, Sekretaris Utama BRIN, Mego Pinandito; Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan, Ismunandar; Staf Ahli Bidang Kelembagaan dan Sumber Daya Iptek, Erry Ricardo, serta Kepala Biro Kerja Sama dan Komunikasi Publik, Nada D.S. Marsudi. Sementara dari pihak Amerika Serikat, YM Sung Y. Kim didampingi oleh Economic Counselor, Robert Ewing; Science and Technology Officer, Alison Behling dan Director of Human Capacity and Partnership USAID, Thomas Crehan. (***)