Simada News
Kamis, 18 September 2025
No Result
View All Result
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Komunitas
  • Sudut Pandang
  • Simadagros
  • Asahan
  • Simada TV
Simada News
No Result
View All Result
Simada News
No Result
View All Result
  • SMSI
  • google news
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Kesehatan
  • Komunitas
  • Labuhan Batu Raya
  • Pesona
  • Sudut Pandang
  • Tokoh
  • SimadaTV
Home Sudut Pandang

Aparat di Papua Perlu Dibekali Psikososial

Simadanews.com by Simadanews.com
4 Agustus 2021 | 17:26 WIB
in Sudut Pandang
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Sujahri Somar 

 

Tercatat dua kali pada waktu yang berdekatan, kabar protes masyarakat Papua kepada  kinerja Aparat Keamanan. Pertama di Merauke, video oknum PM TNI-AU (27/7/2021). Kedua di Jayapura, pembakaran Mapolsek Nimboran (02/8/2021).

Belajar dari penyelesaian konflik bernuansa disintegrasi di Papua, kepercayaan kepada OAP (Orang Aseli Papua) memang sudah dijalankan sejak lama. Mulai dari regulasi yang mengatur syarat Kepala Daerah, penerimaan Putera/Puteri Papua untuk masuk sebagai calon Prajurit TNI, calon Anggota POLRI, dan juga Calon ASN.

Namun, semacam ketidakpercayaan dan sensitivitas masyarakat Papua kepada Non OAP cenderung menguat manakala terjadi anomali sosial, misalnya seputar kekeliruan prosedur oleh oknum Aparat Penegak Hukum.

Padahal, kekeliruan atau kesalahan procedural penanganan itu biasa terjadi. Mendera siapa saja, tak ketinggalan Aparat yang bertugas di Papua. Berangkat dari rekam latar peristiwa yang terjadi, saya berusaha mencari alternatif dari pertanyaan mengapa anomali sosial terhadap Aparat Non OAP bisa menjalar secepat itu?  Selanjutnya, bagaimana mereduksi anggapan masyarakat Papua dan sebagian besar Aktivis HAM soal ini?

Sebagai pembuka, gadget dan berbagai macam teknologi memang dapat digunakan untuk kepentingan kelompok pendukung NKRI atau kelompok pro disintegrasi. Yang jadi problem lanjutan adalah informasi itu menjalar begitu cepat, sementara Netizen yang semakin praktis dalam menyerap informasi, tentu masih banyak sekali. Meskipun Kementerian Infokom sementara mendidik publik dengan menggandeng sejumlah komunitas terkait, hadir dengan jargon semisal “saring sebelum sharing”. Tapi tetap untuk permasalahan Papua dalam konteks Aparat Penegak Hukum, semacam ada keterlanjuran cara pandang dari OAP dan sebagain besar Aktivis HAM atau Pemerhati Sosial lainnya.

Keterlanjuran cara pandang ini rasanya perlu ditanggapi lekas oleh TNI, POLRI, BIN, atau Instansi terkait lainnya, salah satunya dengan mengevaluasi secara komprehensif muatan Psikologi kepada setiap Prajurit yang ditugaskan di Papua. Reaksi yang terjadi di Papua dalam sepekan ini, hemat saya, ibarat Awan Kumulonimbus yang mengandung banyak air dan berpotensi menghasilkan petir yang juga banyak. Bila arah angin, ketinggian dan kondisi lainnya memungkinkan, maka dipastikan akan hujan lebat.

Apa yang terjadi di Papua selama ini, telah melewati proses evaporasi atau penguapan yang berjalan cukup lama. Juga pasca Otsus diperpanjang, semakin berpeluang menambah kondensasi. Itu berarti, keleluasaan peran kepada OAP harus dibarengi pula dengan citra “saling meyakini” antara Pemerintah dengan OAP itu sendiri.

Citra yang dimaksud bukan soal Pemerintah telah hadir dengan infrastruktur, atau memberi peluang bagi OAP untuk lebih leluasa mengelola Daerah semata, namun lebih dari itu. Sesuatu yang tidak sebatas simbol eksplisit, katakanlah Jembatan Merah Youtefa atau Istana Presiden di Papua, sebab masih ada anggapan bahwa hadirnya Jembatan lebih banyak untuk menjawab kebutuhan Pendatang di Jayapura. Sementara, berdirinya Istana di Distrik Muara Tami barangkali hanya sebentuk tanda kalau Indonesia sudah ada di sini, semoga tidak ditanggapi hanya sebagai Tugu peringatan.

Sekelumit pemandangan ini membuat saya berani menyimpulkan bahwa ada semacam narasi ketidakpercayaan kepada Pemerintah yang terus diproduksi berulang kali, saat muncul momentum anomaly sosial, baik oleh individu ataupun kelompok, baik oleh Institusi Pemerintah ataupun Pendatang, atau kesemuanya dalam suatu momentum.

Dengan begitu, Aparat atau Prajurit atau Petugas yang bertugas di sana harus memahami gelagat sosial semacam ini dengan baik. Perlunya pemahaman Sosial Budaya, Psikososial, dan pendekatan pembangunan berbasis Budaya. Sekali lagi, bukan sekenanya simbol Budaya, melainkan pembangunan Jiwa, secara implisit, yang intinya membangun “Harga Diri” atau “Marwah” OAP itu sendiri.

Pendek kata, Revolusi Mental yang dicanangkan pada periode pertama Kabinet Kerja, itu harus dijalankan dalam karakteristik yang berbeda di Papua. Termasuk juga di Daerah-daerah bekas konflik, atau teridentifikasi sebagai Daerah rawan konflik. Khusus bagi Aparat TNI dan POLRI, sudah seharusnya dibekali dengan kemampuan membangun Psikologi OAP itu sendiri, sebab pengalaman selama ini memang para Prajurit TNI terkadang mengganti peran Guru di Daerah-daerah sulit dijangkau di pedalaman Papua saat mereka bertugas, ini jelas modal sosial yang baik.

Gagas “Aparat Sahabat Rakyat”

Untuk menjawab pertanyaan kedua sebelumnya, reduksi anggapan OAP dan sebagain Aktivis HAM atau Pemerhati Sosial lainnya tentang sikap Aparat di Papua, maka dapat dimulai dari Aparat itu sendiri. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:

Pertama, luaskan uji Psikologi tidak sebatas Tes Kepribadian dan Tes seputar emosional Prajurit yang akan menggunakan Senjata Api. Masukan ini dirasa perlu untuk Dinas Psikologi TNI menindaklanjutinya, uraian di atas dapat dikembangkan secara komprehensif menjadi satu modul pelatihan bagi Aparat yang bertugas di sana, lebih khusus mengenai Psikososial OAP. Tidak lagi sebatas membekali Aparat dengan HAM. Sebab, sejauh ini bagi saya, HAM justeru dapat membuat dilema Aparat di lapangan saat mengambil tindakan yang dianggap perlu dan mendesak.

Lain dengan aspek Psikososial, andaikata para Prajurit ini telah terlatih cukup baik, maka suatu bentuk kebaikan yang telah dilakukan, tidak akan dicurigai, tidak akan lekas dinafikan, tidak lekas digeneralisir menjadi kecurigaan yang tidak berkesudahan saat momentum yang muncul secara alami, misalnya dua persitiwa kemarin, atau momentum yang diatur sedemikian rupa oleh kelompok pro disintegrasi.

Di situlah pengejewantahan humanis dapat muncul secara kreatif oleh Aparat, dengan kata lain, asimilasi moral dengan standar Nasional dapat terwujud. Bukankah Nilai-nilai Kemanusiaan itu sendiri bersifat universial, sehingga cukup beralasan melakukan asimilasi moral itu menjadi tidak lagi bias standar atau standar ganda. Keyakinan saya semacam itu, AS (Amerika Serikat) yang telah mapan, meskipun kasus George Floyd tahun kemarin sempat mencciptakan kerwanan Sosial di Negeri Paman Sam, tapi pada perjalanannya, demokrasi di Amerika Serikat kembali menemukan titik normalnya.

Optimisme kita terletak pada kesetaraan sejak awal Republik ini berdiri, lain dengan AS, awalnya Bangsa Afrika didatangkan mayoritas sebagai Bangsa Pekerja, sementara OAP tidak demikian. Kita mengadopsi kesetaraan sejak awal, sebagai sesama Anak Bangsa dengan potensi dan kinerja yang diakui secara Nasional, membuat isu rasial itu tidak sampai mengguncang tantanan sosial bernegara kita hari ini.

Meski begitu, belakangan wacana Genosida bisa saja dianggap serius menggantikan wacana Ekosida di Papua, bila ada lagi momentum kesalahan prosedur Aparat di lapangan. Entah sengaja ataupun tidak, tetap harus direduksi. Dugaan saya ini bisa diuji lagi, soal Miskonsepsi tentang Psikososial OAP dari Aparat yang bertugas di Papua.

Kedua, Cyber War yang mungkin telah dilakukan selama ini seputar wacana persatuan Nasional, harus ditambah lagi dengan wacana Keadilan Sosial. Keadilan sosial yang dimaksud seperti pada ulasan sebelumnya, tunda menampilkan infrastruktur simbolik, lebih banyak tentang perkembangan Ekonomi Kerakyatan. BUMD atau Pusat-pusat kerajinan yang dipelopori Kaum Muda OAP atau “Mama-mama” Papua harus lebih sering diulas di media.

Hasil kerja Kaum Muda dan “Mama-mama” Papua itu lalu dimuat atau diangkut melalui jasa milik Pemerintah, misalnya distribusi barang menggunakan jasa ASDP atau Kapal PT. Pelni yang ada subsidinya. Selanjutnya Starup untuk jasa Angkutan Umum atau urusan dagang juga harus dimuncculkan di wilayah perkoataan, atau sudah terjangkau signal yang cukup baik, tentu dengan simbol Budaya inheren di dalamnya.

Sebagaimana yang saya sebutkan di atas, Pembangunan berbasis budaya. Motivatornya bukan dating dari Komunitas Kreatif semata, tapi bisa juga Aparat TNI misalnya, yang dapat memainkan peran ini. Jadi sedikit bergeser dari sekedar menggantikan Guru untuk mengejar, tetapi juga menjadi katalisator Ekonomi kreatif meski terbatas. Bisa dibayangkan, ada sekelompok Prajurit TNI, atau Babinsa atau Babinkamtibmas yang menginisiasi munculnya pusat kerajinan tangan “Mama-mama” Papua, sampai pada jaminan Pasar.

Meski begitu, kita tetap optimis, dan dapat memulainya wacana humanis yang dimaksud dengan jargon “Aparat Sahabat Rakyat”.

 

@Penulis, Sekretaris Jenderal DPP GMNI

 

 

Share220Tweet137Pin49

Berita Terkait

Hermanto Hamonangan Sipayung, SH, CIM

Amnesti-Abolisi Hasto dan Lembong:  Bukan Sekadar Maaf tapi Peluang Koreksi Hukum

01/08/2025

PEMBERIAN  amnesti dan abolisi kepada Hasto Kristiyanto dan Tom Lembong dalam kasus menyeret nama mereka ke dalam pusaran polemik hukum,...

PILKADA 2024, ANAK MUDA BISA APA?

02/07/2024

PEMILU  Tahun 2024 sudah selesai, sebentar lagi pemilihan kepala daerah yang hakikinya dilaksanakan sekali setiap lima tahun akan dimulai. Secara...

Aspek Positif dan Negatif dari Perubahan Umur Calon Presiden dan Wakil Presiden

04/06/2024

PEMILIHAN Presiden pertama kali di Indonesia bukan dari pemilihan umum yang langsung dipilih oleh rakyat. Pemilihan Presiden pada awal tahun...

Prof Dr Heri Budi Wibowo

Indonesia Menuju Swasembada Pangan dan Makan Siang Gratis dengan Modifikasi Cuaca

17/05/2024

KETAHANAN pangan menjadi salah satu sasaran program jangka Panjang pemerintah sampai tahun 2040 menuju Indonesia emas. Target utama dari ketahanan...

Pematangsiantar Butuh Pemimpin Berani dan Akses Alternatif Hadirkan Dana Pembangunan

16/04/2024

SimadaNews.com-Pemilihan kepala daerah, termasuk di Kota Pematangsiantar, menjadi sorotan pada tahun ini. Sejumlah calon wali kota potensial telah mulai muncul...

Selamat Datang Era Legitimasi Vs Legalitas

16/02/2024

PUJI Syukur pada Sang Ilahi ! Pemilu Serentak 2024 sampai saat ini berjalan sesuai agendanya.. Ternyata jnggulan pilihan politik perwakilan...

Berita Terbaru

News

PLTMH Aek Silang II Dituding Rusak Lingkungan, Petani Gagal Panen – Aliansi Mahasiswa Sumut Serukan Aksi Perlawanan

17 September 2025 | 21:28 WIB
News

8 Pelaku Tawuran Maut di Tebing Tinggi Ditangkap, 11 Masih Buron

17 September 2025 | 19:35 WIB
News

Diduga Ilegal, Galian C Tambang Pasir Gunakan Mesin Sedot Bebas Beroperasi di Nagori Bah Kisat Tanah Jawa

17 September 2025 | 14:11 WIB
News

Traffic Light Sering Mati, Terminal Bayangan Masih Marak di Kota Siantar

17 September 2025 | 07:44 WIB
News

DPRD Tolak Kehadiran Bajai Online di Kota Pematangsiantar

16 September 2025 | 21:23 WIB
News

Amaliun Hotel Apresiasi Layanan Indibiz Telkom Pada Hari Pelanggan Nasional 2025

16 September 2025 | 20:51 WIB
News

PW KAMMI Sumut Gelar Diskusi Kebangsaan: Supremasi Sipil dan Desakan Investigasi Kerusuhan Agustus jadi Sorotan

16 September 2025 | 20:30 WIB
News

DPRD Soroti Hilangnya Program Kota Layak Anak di Pematangsiantar

16 September 2025 | 20:12 WIB
News

Pagi Tragis di Huta Baru Simantin Pane Dame, Seorang Petani Akhiri Hidup di Ladang Jagung

16 September 2025 | 09:24 WIB
News

Telkom Sumut Gelar Health Leaders Gathering Bersama Rumah Sakit se-Sumatera Utara

15 September 2025 | 21:28 WIB
News

IIER dan PSPK Sukses Gelar Workshop Keamanan Anak di Ruang Digital

15 September 2025 | 20:31 WIB
News

Enam Hari Tak Keluar Rumah, Hotma Justina Sidabalok Ditemukan Sudah Meninggal

15 September 2025 | 16:38 WIB
  • Redaksi
  • Terms
  • Policy
  • Pedoman

© 2018-2024 Simada News

rotasi barak berita hari ini danau toba sumber

  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
  • slot gacor
No Result
View All Result
  • News
  • Ekbis
  • Jagad Raya
  • Komunitas
  • Sudut Pandang
  • Simadagros
  • Asahan
  • Simada TV

© 2018-2024 Simada News

rotasi barak berita hari ini danau toba sumber

xnxx