MARI Kita coba hayatilah sejenak, secara seksama dan dengan segenap kejernihan berpikir kita masing-masing terhadap kata demi kata, frasa demi frasa dan kalimat demi kalimat dari Sekjen PDI-Perjuangan, Hasto Kristiyanto. https://m.tribunnews.com/nasional/2021/09/18/hasto-beberkan-sosok-calon-yang-akan-diusung-pdip-di-pilpres-2024
Kalau menurut kami, dari penjelasan Hasto, akan terjadi seperti yang dialami dan dilakoni oleh Jokowi pada Pilpres 2014 lalu pada sosok Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 nanti.
Di saat dulu, yaitu 5 bulan sebelum pencoblosan Pilpres 09 Juli 2014, yaitu pada Februari 2014 fakta politik mengungkapkan ternyata elektabilitas Jokowi 2X lebih dari Prabowo (Litbang Kompas, Jokowi 39%, Prabowo 16%, Mega 6% dan para bakal Capres lainnya, semuanya di bawah 2%).
Maka lalu pada tanggal 14 Maret 2014 Megawati-pun akhirnya memutuskan PDI-Perjuangan mengusung Jokowi menjadi Capres.
MEMBATALKAN PERJANJIAN BATU TULIS JILID-1
Keputusan politik Megawati di atas berarti sampai harus membatalkan Perjanjian Batu Tulis jilid-1 tahun 2009 antara Gerindra dan PDI-Perjuangan, dimana seharusnya Capres 2014 adalah Prabowo dan wakilnya dari Kader PDI-Perjuangan yang ditunjuk oleh Megawati.
Dan kemudian terbukti bahwa ini sebuah keputusan politik yang tepat dari Megawati, karena akhirnya Capres Jokowi-lah yang terpilih sebagai Presiden RI 2014-2019, mengalahkan Capres Prabowo.
Sedangkan untuk Pilpres 2024 pun, disinyalir kuat bahwa secara rahasia rupanya telah terjadi perjanjian politik antara Gerindra dan PDI-Perjuangan, yaitu Perjanjian Batu Tulis jilid-2 tahun 2019, dimana Capresnya adalah Prabowo, dan wakilnya dari Kader PDI-Perjuangan yang ditunjuk oleh Megawati. Kondisi ini sama seperti saat menuju Pilpres 2014 yang lalu.
Pertanyaannya, akankah nasib Ganjar Pranowo seperti Jokowi? Yaitu pada akhirnya Megawati kembali membatalkan Perjanjian Batu Tulis jilid-2 tahun 2019, dimana Megawati akan memutuskan bahwa Ganjar Pranowo yang menjadi Capres 2024 yang diusung oleh PDI Perjuangan. Kemudiab wakilnya mungkin saja Prabowo atau siapapun kader Gerindra yang akan ditunjuk oleh Prabowo.
Jawabnya, teramat mungkin..!! Karena meskipun kini elektabilitas Ganjar dan Prabowo relatif masih imbang-imbang saja, namun tingkat popularitas Ganjar di luar Jawa masih di bawah 30% (Charta Politika), sedangkan Prabowo sudah di atas 95%. Dipastikan begitu tingkat popularitas Ganjar mencapai diatas 90% di luar Jawa maka elektabilitas Ganjar akan melesat jauh meninggalkan Prabowo, saja seperti Jokowi saat Pilpres 2014 dulu.
NASIB GANJAR AKAN LEBIH BAIK
Jadi bisa diperkirakan Nasib Ganjar akan sama seperti Jokowi, malah akan lebih baik lagi karena tidak harus menghadapi atau melawan Prabowo seperti yang dialami oleh Jokowi di Pilpres 2014. Dimana pada akhirnya Jokowi hanya menang tipis, atau unggul hanya 6% saja. Dan juga di Pilpres 2019 Jokowi hanya unggul 10% dari Prabowo.
Untuk itu syarat utamanya sama seperti Pilpres 2014 yang lalu, yaitu 6 bulan jelang Pilpres 2024 nanti elektabilitas GP harus minimal 2X dari Prabowo. Teramat mungkin.
Catatan: Kalaupun nanti Elektabilitas GP tak sampai 2X elektabilitas Prabowo, namun elektabilitas GP dipastikan tetap akan jauh melampaui elektabilitas Puan Maharani, putri dari Mega. Sehingga sesuai perjanjian Batu Tulis jilid-2 tahun 2019 maka Ganjar-lah yang akan dipilih oleh Megawati sebagai Calon Wakil Presiden untuk mendampingi Capres Prabowo. Bukannya Puan Maharani putri dari Megawati Soekarnoputri.
Dan Kondisi ini masih Oke banget dong.. Karena yang paling penting itukan bahwa Rejim Arus Perubahan yang saat ini sedang dipimpin oleh Presiden Jokowi harus tetap berlanjut dengan menang lagi di Pilpres 2024.
Ya apa iya ??
Salam Tri Panji DGP
Salam Tri Karsa DGP
@Sabar Mangadu, Penasehat DPP DGP #DulurGanjarPranowo